Liputan6.com, Jakarta - Bunga kredit kendaraan bermotor diperkirakan akan mengalami kenaikan pada kuartal II 2019. Hal ini sejalan dengan kenaikan suku bunga dana yang terjadi di periode tersebut.
Dikutip dari Laporan Survei Bank Indonesia (BI), rata-rata suku bunga kredit rupiah mengalami peningkatan, terutama pada kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pada kuartal II 2019, suku bunga kredit konsumsi dan kredit modal kerja diprakirakan meningkat masing-masing sebesar 6 persen basis poin (bps) dan 1 bps menjadi 12,91 persen dan 11,38 persen. Sementara suku bunga kredit investasi diperkirakan turun 4 bps menjadi 11,21 persen.
"Pada jenis kredit konsumsi, kenaikan suku bunga terjadi pada kredit kendaraan bermotor dan kartu kredit masing-masing sebesar 3 bps dan 1 bps. Sementara itu, suku bunga kredit kepemilikan rumah atau apartermen dan kredit multiguna diprakirakan turun," seperti dikutip dari Laporan Survei tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dalam survei tersebut juga memperkirakan kredit di 2019 tumbuh sebesar 11,6 persen. Angka ini ke lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2018 yang sebesar 12,1 persen.
"Responden menyampaikan bahwa perkiraan kinerja penyaluran kredit tahun 2019 didukung oleh optimisme menguatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 dan relatif rendahnya risiko penyaluran kredit," kata survei tersebut.
Sementara untuk dana pihak ketiga (DPK) pada 2019 diperkirakan tumbuh dari tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) penghimpunan DPK di 2019 yang diperkirakan sebesar 94 persen, atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 91,7 persen.
"Optimisme prakiraan pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh kenaikan suku bunga dana dan peningkatan pelayanan bank kepada nasabah," tandas survei BI ini.
BCA Incar Transaksi KKB Capai Rp 1,7 Triliun di BCAXpoversary
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan transaksi Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) pada pameran Xpoversary ini bisa melebihi Rp 1,7 triliun.
Jumlah tersebut diikuti dengan kendaraan yang terjual bisa mencapai lebih dari 3.200 kendaraan.
"Jumlah tersebut mengacu pada penjualan tahun lalu di Xpoversary juga. Tahun ini sepertinya akan melebihi tahun lalu," kata Ketua Panitia BCA Xpoversary, Petrus Karim, di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Jumat (22/2/2019).
Pencapaian tersebut hanya untuk pameran di Jakarta saja. Petrus mengaku, di Palembang dan Surabaya bisa mencapai ratusan miliar rupiah.
Sementara, untuk KPR-nya tahun lalu bisa memasukan aplikasi atau pengaju KPR sebanyak 800 unit dengan total transaksi Rp 1 triliun. Pada 2019, ditargetkan mencapai Rp 1,2 triliun. Di Surabaya, Jawa Timur dan Palembang, Sumatera Selatan bisa mencapai Rp 800 miliar.
Itu hanya untuk di BCA Xpoversary saja, jumlah tersebut belum digabungkan dari berbagai pameran berskala kecil lainnya. Sehingga, jumlah penjualan atau transaksi bisa melebihi tahun lalu.
"Kita melihatnya baik peminat KPR dan KKB itu meningkat, trennya memang begitu. Tapi, kita juga harus melindungi konsumen, juga dengan tingkat cicilan yang jangan melonjak karena bunga yang diterapkan," tutur dia.
Seperti diketahui, BCA Xpoversary digelar di ICE BSD hingga Minggu, 24 Februari 2019. Puluhan tenant dan dealer kendaraan disediakan dengan bunga yang rendah, serta potongan harga bila transaksi menggunakan BCA card.
Advertisement
Inklusi Keuangan Indonesia Tertinggal di Asia Tenggara
Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti mengatakan, akses masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan atau inklusi keuangan masih tertinggal jika dibandingkan negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Filipina. Padahal, sektor jasa keuangan memiliki peran yang penting dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah pendalaman di sektor jasa keuangan tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif stagnan dikisaran 5 persen membutuhkan upaya untuk mencegah berlanjutnya pemburukan situasi. Dan sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting yang berperan di dalamnya," ujarnya di Century Park, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Destry mengatakan, isu pendalaman keuangan menjadi hal penting yang perlu diangkat mengingat kondisi sektor keuangan Indonesia masih didominasi oleh perbankan dengan 115 bank umum dan 1.593 BPR yang menguasai 77,15 persen pangsa pasar aset. Sementara pasar modal Indonesia, baik ekuitas, maupun obligasi masih relatif tertinggal dibandingkan negara lain.
"Untuk itu diperlukan perbaikan dari sisi demand (investor), suplly (instrumen), infrastruktur pasar dan kebijakan yang kondusif, serta memperkuat regulasi untuk melindungi hak-hak investor dan jaminan penegakan hukum, serta menyederhanakan perizinan usaha dan investasi keuangan," jelasnya.
Upaya pendalaman sektor jasa keuangan perlu terus dilakukan dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko dan stabilitas sistem keuangan. Pendalaman keuangan menjadi sangat penting mengingat peran sektor jasa keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan, maupun sistem pembayaran yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.
"Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi ke depan, sektor jasa keuangan dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan investasi sehingga perlu dilakukan upaya inklusi keuangan, baik dari pasar keuangan maupun institusi keuangan," jelasnya.
Istilah inklusi keuangan muncul sebagai penegas bahwa pembangunan yang berkualitas pada sektor keuangan tidak hanya berfokus pada aspek kedalaman, namun juga pada keterjangkauan serta efisiensi penyedia jasa keuangan. Meskipun peran dan keberhasilan sektor keuangan dalam menumbuhkan ekonomi berbeda-beda, namun diperlukan sektor keuangan yang efektif dan efisien untuk menumbuhkan perekonomian yang berkualitas.