Liputan6.com, Colombo - Tiga anak miliarder Denmark, Anders Holch Povlsen, turut menjadi korban di tragedi pengeboman yang terjadi di Sri Lanka. Ini terjadi ketika tiga anaknya sedang berlibur paskah.
Dilaporkan BBC, tiga dari empat anak Povlsen termasuk ke dalam 290 orang yang tewas akibat tragedi tersebut. Kabar ini dibenarkan oleh juru bicara Bestseller, perusahaan pakaian milik Povlsen.
Baca Juga
Advertisement
"Sayangnya, kami dapat mengkonfirmasi laporan tersebut. Kami memintamu untuk menghormati privasi keluarga dan kami tidak memiliki komentar lebih jauh," ujar juru bicara Bestseller.
Sang miliarder diketahui memiliki tiga orang anak perempuan dan satu anak laki-laki. Belum jelas identitas anak Povlsen yang menjadi korban bom Sri Lanka.
Pihak berwajib menyebut ada 36 warga asing yang tewas. Tiga di antaranya dari Denmark yang ternyata adalah anak sang miliarder.
Menurut Yahoo! Finance, perusahaan Povlsen merupakan stakeholder terbesar yakni sebanyak 26,66 persen di Asos, sebuah platform belanja online di Inggris. Bestseller juga memiliki sejumlah brand seperti Jack & Jones dan Vero Moda.
Teror Sri Lanka, Otoritas Temukan Bom Rakitan Dekat Bandara Kolombo
Otoritas Sri Lanka menemukan sebuah bom pipa rakitan (IED) di jalan yang mengarah ke Bandaranaike International atau Bandara Internasional Kolombo pada Minggu 21 April 2019 malam waktu lokal.
Penemuan hanya berselang beberapa jam selepas rangkaian teror bom beruntun yang menghantam negara itu pada hari yang sama --menewaskan 290 orang dan melukai sekitar 500 lainnya.
"Peledak ditemukan sekitar pukul 22.15 waktu lokal dan segera dijinakkan oleh otoritas," CNNmelaporkan pada Senin (22/4/2019), mengutip Juru Bicara Angkatan Udara Sri Lanka, Gihan Seneviratne.
"Peledak dikemas dalam pipa PVC dengan panjang 152 - 182 cm (5 - 6 kaki)," lanjut laporan itu.
Penemuan terjadi dalam durasi jam malam yang berlakukan di Sri Lanka sejak pukul 18.00 kemarin hingga 06.00 hari ini (waktu lokal).
Belum ada penjelasan merinci apakah bahan peledak rakitan itu berkaitan dengan rangkaian teror bom beruntun yang menghantam tujuh lokasi di Kolombo dan satu lainnya di Batticaloa, timur Sri Lanka.
Penyelidikan atas salah satu insiden mematikan dalam sejarah Sri Lanka itu masih berlangsung.
Advertisement
Pelaku Bom Sri Lanka Sempat Antre Makan Prasmanan di Hotel Sebelum Meledakkan Diri
Pelaku bom bunuh diri di Sri Lanka dikabarkan sempat mengantre untuk sarapan prasmanan di Hotel Cinnamon Grand pada Minggu 21 April, sebelum kemudian meledakkan bahan peledak yang diikat di tubuhnya.
Sambil membawa piring, pelaku yang pada malam sebelumnya telah mendaftar di hotel sebagai Mohamed Azzam Mohamed, baru saja akan dilayani ketika ia meledakkan diri di restoran yang penuh sesak, kata seorang manajer setempat.
"Ada kekacauan total," kata manajer itu, yang berbicara secara anonim kepada kantor berita AFP, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times.
Saat bom meledak, Restoran Taprobane yang menjadi sasaran bom tersebut tengah melayani salah satu waktu tersibuk di Sri Lanka, yakni pada liburan akhir pekan Paskah.
"Ledakan terjadi sekitar pukul 08.30 pagi, dan restoran sedang ramai, terutama oleh tamu keluarga," lanjut manajer itu kepada AFP.
"Dia (pelaku bom bunuh diri) datang ketika puncak antrean, dan meledakkan diri," tambahnya.
Pelaku pemboman dilaporkan tewas di tempat. Sebagian tubuhnya ditemukan utuh oleh polisi Sri Lanka, dan kini telah diamankan untuk diotopsi.