Kekhidmatan Ratusan WNI Saat Rayakan Paskah di Belanda

Perayaan Paskah warga negara Indonesia (WNI) di Zuthpen, Belanda, berlangsung penuh khidmat.

oleh Yuke Mayaratih diperbarui 22 Apr 2019, 19:22 WIB
Pendeta Ronald Wakanno menyampaikan kotbah Paskah tentang dampak kematian Yesus harus dipercayai orang kristen dan memberi dampak bagi sesama. (Foto : Yuke Mayaratih von Oerthel)

Liputan6.com, Zuthpen - Perayaan Paskah warga negara Indonesia (WNI) di Zuthpen, Belanda, berlangsung penuh khidmat. Pendeta Ronald Wakanno menyampaikan pesan paskah yang bertema Paskah membawa hidup Baru.

Sekitar 100 warga Indonesia dan juga beberapa warga Belanda memenuhi aula di gedung Brink Zuid, Zuthpen. Liturgi dan kotbah yang disampaikan dalam bahasa Indonesia dan Belanda. Selain karena ada warga Belanda, juga ada banyak orang Indonesia yang sudah tidak mengerti lagi bahasa Indonesia karena sudah puluhan tahun tinggal di Belanda.

Dalam kotbahnya, Wakanno menekankan pentingnya umat kristen untuk percaya pada kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus. Dan sebagai orang kristen yang tinggal di antara orang yang tidak percaya kepada Tuhan, harus memiliki dampak bagi sesama.

Ia lalu mencontohkan bagaimana vaksin yang ditemukan ratusan tahun silam masih memiliki dampak bagi manusia yang hidup di zaman ini. Padahal si pencipta vaksin itu sudah meninggal dunia. Begitu juga dengan kematian Yesus. Meskipun kejadiannya ribuan tahun silam tapi bagi orang yang percaya, kematian-Nya membawa dampak bagi manusia.

Dalam doa penutupan Wakanno juga menyampaikan doa agar tanah air Indonesia dalam keadaan aman dan damai pascapemilu dan juga korban ledakan bom yang terjadi di Sril Lanka.

Ibadah Paskah kali ini memang berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Karena acara ini diadakan oleh 3 gereja, yaitu Gereja Oikumene Kawanua Nederland ( GOKN) cabang Amsterdam-Almere dan Zuthpen serta Minahasa International Church Netherlands Zuthpen.


Poco-Poco

Warga menikmati masakan khas Indonesia yang disuguhkan panitia perayaan paskah. Anyaman bambu berbentuk piring dengan alas kertas coklat juga menjadi trend dikalangan orang Indonesia di Belanda.

Acara perayaan Paskah di Belanda dimulai pukul 14.30 dan berakhir dengan acara santap malam bersama serta joget Maumere dan poco-poco. Karena udara cukup cerah mereka pun enggan beranjak dari gedung itu sampai matahari tenggelam pukul 21.30 malam.

Perayaan paskah bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Belanda memiliki arti tersendiri. Karena biasanya di hari besar keagamaan semacam ini, mejadi ajang bertemunya keluarga besar di tanah air.

"Suasana paskah di Manado, memang lebih ramai, suasana lebih akrab dan hangat, makanan berlimpah ruah dan ada upacara pikul salib disertai koor puji-pijian. Saya kangen suasana yang seperti itu," kata Dora Tans asal Manado Sulawesi Utara.

Tinggal di Belanda selama 51 tahun, Dora mengaku selalu ingin pulang kampung setiap perayaan agama tiba. Seperti juga Hari natal, paskah adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu.

"Beruntung sekali kita di Belanda banyak orang Indonesia, sehingga saat perayaan seperti ini, selalu ngumpul, diawali dengan ibadah lalu makan dan pastinya ada goyang poco-poco atau goyang Maumere. Inilah satu-satunya yang dapat mengobati kerinduan saya," tambah Dore yang tinggal di kota Amersfoord Belanda.

Menurut Roos Alder, salah satu penatua GOKN Zuthpen, Kematian Yesus harus membawa perubahan yang nyata. Kalau dulunya malas melayani Tuhan tahun ini harus lebih semangat.

"Bersyukur di Belanda, masih banyak orang kristen asal Indonesia yang saat ini rajin melayani Tuhan. Kami menciptakan suasana Indonesia di negeri Belanda. Semangat persatuan dan budaya Indonesia tidak boleh hilang meskipun kita hidup di tanah rantau. Masakan Indonesia, baju batik atau kebaya serta lagu dan joget ala Indonesia harus selalu ada. Biar hidup lebih semangat," kata Roos yang lebih sering di sapa Tante Roos sambil tertawa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya