Lemhannas: Indeks Ketahanan Nasional Indonesia Cukup Tangguh

Dadan menerangkan, indeks ketahanan politik nasional berada dalam kondisi cukup baik.

oleh Yopi Makdori diperbarui 23 Apr 2019, 14:29 WIB
Kepala Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional Lembaga Ketahanan Ketahanan Nasional Dadan Umar Daihani memberikan keterangan pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (23/4/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) Lembaga Ketahanan Ketahanan Nasional (Lemhannas), Dadan Umar Daihani dalam temuannya mengatakan ketahanan Indonesia sebagian besar cukup tangguh.

"Artinya apa? Itu berarti berbagai dinamika dapat diatasi dengan baik," ujar Dadan di Gedung Lemhannas RI, Jakarta, Selasa (23/4/2019).

Menurut Dadan, indeks ketahanan nasional dibagi dalam lima tingkatan. Yaitu mulai paling bawah rawan, kurang tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat tangguh. Indeks secara keseluruhan itu diperoleh berdasarkan empat dari lima gatra ketahanan nasional Indonesia, yaitu indeks ketahanan politik, ekonomi, ideologi, dan sosial budaya.

Dadan menerangkan, indeks ketahanan politik nasional berada dalam kondisi cukup baik.

"Dari sudut ukur kita ketahanan gatra politik cukup tangguh. Artinya dinamika ini oleh katakanlah kegiatan politik atau sistem politik di Indonesia stabil," paparnya.

Kemudian indeks ketahanan nasional yang diukur oleh Labkurtannas ialah ketahanan ekonomi. Ketahanan ekonomi menurut hasil temuan berada di posisi cukup tangguh. Hal ini bermakna bahwa pasca-Pemilu 2019, kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil.

"Dari hasil pengukuran kita terlihat lagi bahwa secara nasional itu adalah cukup tangguh," ujar Dadan.

Dalam gatra ekonomi menggunakan beberapa variabel utama, yaitu tingkat kemiskinan dan indeks gini atau ketimpangan. Secara nasional tingkat kemiskinan berada dalam tahap aman, artinya tidak membahayakan bagi stabilitas nasional. Meskipun begitu, Dadan mengatakan di beberapa daerah masih ada tingkat kemiskinan di atas 10 persen.

"Secara provinsi memang ada yang sangat tangguh, artinya di bawah 10 persen ada juga di atas, tapi secara umum cukup tangguh," papar Dadan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ketahanan Ideologi Belum Tangguh

Kepala Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional Lembaga Ketahanan Ketahanan Nasional Dadan Umar Daihani memberikan keterangan pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (23/4/2019).

Variabel selanjutnya ialah rasio gini sebagai alat ukur ketimpangan di suatu negara. Dadan menginformasikan bahwa disparitas pendapatan masih banyak ditemui di negeri ini.

"Selanjutnya gini ratio, karena kita sendiri ingin membikin negara adil dan makmur, tapi disparitas masih ada, nah ini menjadi PR bagi kita," katanya.

Indeks ketahanan selanjutnya ialah ideologi yang menurut temuan Dadan sedang kurang tangguh.

"Ukuran dari indeks nasional dari gatra ideolog ini, itu unfortunately sedang kurang tangguh. Artinya justru kegaduhan-kegaduhan itu bisa muncul itu karena gatra ideologi kita sedang kurang tangguh," kata . Dadan.

Labkurtannas menggunakan empat variabel utama dalam mengukur indeks ketahanan ideologi tersebut, yakni toleransi, frekuensi dialog antar umat beragama, frekuensi konflik, dan intensitas konflik fisik massa.

Indeks ketahanan terakhir ialah sosial dan budaya. Sama seperti indeks ketahanan ideologi, sosial budaya juga saat ini sedang kurang tangguh.

"Dari sosial budaya dalam kondisi kurang tangguh, dari lima gatra memang ada dua yang kurang tangguh. Pertama ideologi dan yang kedua sosial budaya dan ini sebenarnya merupakan dasar konsensus berdirinya sebuah negara," tutur Dadan.

Indeks ketahanan sosial budaya ini ditinjau dari beberapa variabel utama, seperti rata-rata lama pendidikan, jumlah konflik antar aparat pemerintah, serta narkoba.

Menurut Dadan, faktor banyaknya masyarakat yang menelan berita mentah tanpa dikunyah salah satu penyebabnya karena rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat cenderung mencari pembenaran dari pada kebenaran dengan menelan bulat-bulat informasi yang sesuai dengan pendapatnya.

Narkoba juga menjadi concern tersendiri sebagai variabel dari gatra sosial budaya.

"Saya tidak tahu apakah ini relevan atau tidak, tapi ini menjadi PR bagi kita kerena penetrasi luar terhadap narkoba itu mesti kita bendung," kata Dadan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya