Liputan6.com, Jakarta Tinggal di wilayah pedalaman tentu saja membuat penduduk desa kesulitan untuk mendapat akses sejumlah fasilitas. Area jalan terjal, hutan, sungai, dan sebagainya tak jarang menghalangi warga ke suatu tempat terdekat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Baca Juga
Advertisement
Namun, seorang pria di Kenya memutuskan untuk berbuat perubahan untuk menyelamatkan penderitaan sesama penduduk desa lainnya.
Hal itu dilakukan lantaran urbanisasi yang diharapkan menjadi salah satu upaya pemerataan pembangunan dan pengembangan daerah pinggiran kota belum sepenuhnya terwujud.
Kenyataannya potensi sumber daya alam juga banyak tersedia di daerah pinggiran kota dan pedalaman dan bisa jadi tidak kalah banyaknya dengan yang tersedia di daerah perkotaan.
Membuat Perubahan Seorang Diri
Nicholas Muchami membuat jalan dengan cangkul, sekop, dan kapak, menyingkirkan semak-semak lebat agar warga dapat menuju toko-toko terdekat untuk membeli kebutuhan pokok, seperti yang Liputan6.com lansir dari Afrique L’Adulte, Selasa (23/4/2019).
Kisah Muchami pertama kali viral di Facebook oleh Kinyungu Micheke, yang memuji kegigihan pria tersebut setelah pemerintah tidak memperhatikan permintaan warga terkait insfrastruktur jalan.
Selama enam hari, dia berhasil membersihkan area lebat semak-semak menjadi terbuka untuk jalan sejauh 1,5 km. Berkat aksinya, kini dia dipuji sebagai pahlawan setempat bagi desa Kaganda, Muranga. Biasanya, penduduk di wilayah ini sekitar 80 km dari utara Nairobi menggunakan rute sejauh 4 km untuk sampai ke pusat pertokoan.
Warga desa kesal karena jalan pintas ke toko-toko, melalui jalan setapak melewati tanah pribadi, baru-baru ini jalan tersebut telah dipagari. Muchami pun akhirnya terdorong untuk mengambil tindakan karena merasa tidak bisa membiarkan masalah ini termenerus.
"Saya memiliki banyak energi dalam tubuh. Saya memutuskan untuk menjadi sukarelawan," katanya.
Advertisement
Membuat Jalan Selama 6 Hari Sendirian
Selama membuat jalan, dia bekerja sendiri dari pukul 07.00 hingga 17.00, yang dimulai pada Senin (1/4/2019) hingga Sabtu (6/4/2019). Dia ingin segera menyelesaikan jalan sebelum hujan turun.
Awalnya masyarakat ragu dengan Muchami karena dia biasanya mencari nafkah dengan melakukan pekerjaan sampingan di siang hari dan menjadi penjaga di malam hari.
"Ketika saya bekerja di jalan, orang-orang akan bertanya kepada saya, 'Apakah Anda dibayar'?" ujarnya.
Muchami berencana untuk terus menggali bagian yang tersisa, meski penduduk desa lain menolak untuk membantunya karena tidak ada yang mau bekerja tanpa bayaran.
Meski saat itu masih setengah Km lagi dari target jalan yang harus diselesaikan, tapi penduduk setempat, termasuk murid sekolah, telah menggunakan bagian jalan yang telah dia bersihkan. Dia dengan murah hati tidak meminta bayaran sama sekali pada setiap warga yang lewat.
"Saat ini saya telah membuat orang bahagia, dan saya juga bahagia. Pekerjaan saya telah membantu semua orang," kata pria berusia 45 tahun itu.