Liputan6.com, Jakarta Ketika anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap tapi masih juga terjangkit penyakit, Anda mungkin perlu mengecek kualitas vaksin yang diberikan. Apakah vaksin terjaga suhunya dengan baik atau tidak.
Kualitas vaksin menjadi salah satu indikator keberhasilan imunisasi, karena tujuan dari imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh telah terbentuk, anak pun terhindar dari penyakit.
Advertisement
"Kita melihat manfaat dari imunisasi. Kalau cara pemberian vaksin dan imunisasi benar, anak tidak akan terserang penyakit. Nah, kalau anak masih juga sakit, kita berpikir, ada masalah dengan rantai dingin (cold chain)," jelas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono di sela-sela acara Pekan Imunisasi Dunia 2019 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Anung mencontohkan, anak yang sudah imunisasi campak lengkap dan tinggalnya di pegunungan kemudian terkena campak. Kita berpikir, salah satu penyebabnya bisa jadi adalah rantai dingin yang kurang baik, yang menyebabkan kualitas vaksin menurun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alat perekam suhu vaksin
Rantai dingin vaksin bertujuan menjaga kualitas vaksin. Dalam Peraturan Menkes Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan, vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu.
Suhu penyimpanan vaksin yakni berkisar antara 2 sampai 8 derajat Celsius untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku). Lalu pada suhu minus 15 sampai minus 25 derajat Celsius untuk vaksin yang sensitif panas.
Untuk memantau suhu vaksin, digunakan alat perekam suhu. "Ada nama alat perekam suhu vaksin. Jadi, sebelum memberikan vaksin kepada anak, dicek suhunya, berubah atau enggak," Anung melanjutkan.
Agar kualitas vaksin tetap terjaga, vaksin disimpan dalam termos maupun di lemari pendingin. Suhu vaksin yang berubah dapat membuat kinerja vaksin berkurang, sehingga kekebalan tubuh tidak bisa terbentuk baik.
Advertisement