Liputan6.com, Kolombo - Dua dari tujuh terduga pelaku bom bunuh diri yang bertanggung jawab atas delapan serangan beruntun yang terjadi di Sri Lanka pada Minggu, 21 April 2019 telah diidentifikasi. Mereka disebutkan sebagai putra pengusaha rempah-rempah, jutawan sekaligus politikus, Mohammed Yusuf Ibrahim.
Sumber-sumber intelijen India mengatakan kepada Firstpost bahwa keduanya merupakan kakak beradik. Satu terduga pelaku bernama Imsath Ahmed Ibrahim berusia 33 tahun. Sedangkan yang lain adalah Ilham Ahmed Ibrahim 31 tahun, mengutip News18 pada Rabu (24/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Keduanya diduga telah melakukan ledakan di hotel-hotel mewah Sri Lanka, yakni Cinnamon Grand dan Shangri-La di ibu kota Kolombo.
Kedua tersangka itu diyakini telah memasuki ruang makan prasmanan di hotel dengan tas-tas identik berisi bahan peledak, yang diledakkan pada waktu yang hampir bersamaan, sumber tersebut menambahkan.
Polisi Kolombo telah menginterogasi Yusuf Ibrahim dan putra ketiganya Ijas Ahmed Ibrahim yang berusia 30 tahun.
Yusuf Ibrahim adalah seorang yang berpengaruh di Partai Janatha Vimukthi Peramuna yang berhaluan condong ke Kiri. Ia berteman dekat dengan menteri untuk industri dan perdagangan Rishath Bathiudeen dan terlihat di banyak resepsi pemimpin oposisi Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa.
Berita tentang dugaan keterlibatan keluarga terkemuka dalam pengeboman itu beredar hanya beberapa jam setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan brutal pada Minggu Paskah. Pihak ISIS sendiri mengatakan, pihaknya bermaksud untuk menargetkan warga dari negara-negara yang mengebom wilayahnya, serta umat Kristen.
Petunjuk Baru?
Beberapa petunjuk telah muncul tentang apa yang mendorong radikalisasi kakak-beradik itu, tetapi proses interogasi terhadap keluarga Ibrahim masih berjalan, mengutit Firstpost.
Lantai tiga rumah keluarga itu, kata Yusuf Ibrahim, tampaknya telah diisi dengan alat peledak yang menewaskan tiga petugas polisi selama penggeledahan.
Dari Ismail Ahmed Ibrahim, putra bungsu keluarga itu, para penyelidik berharap dapat mengumpulkan informasi tentang kamp pelatihan yang dijalankan untuk para penyerang di Minggu Paskah. Disinyalir berada di kompleks terpencil di Wanathawilluwa.
Awal tahun ini, polisi menyita tumpukan bahan peledak, detonator dan amunisi dari kompleks tersebut yang ditujukan untuk mengebom monumen bersejarah Buddha di kota kuno Anuradhapura.
Ismail Ibrahim dan orang-orang lain yang dilatih di Wanathawilluwa diduga memainkan peran dalam serangan akhir tahun lalu untuk menghancurkan tempat-tempat suci umat Buddha dan gereja, kata sumber yang dekat dengan penyelidikan itu.
Pada bulan Maret, mereka dicurigai membunuh Mohamed Razak Taslim, sekretaris menteri Kabir Hashim, seorang kritikus lantang terhadap gerakan Islam.
Advertisement
Muncul Nama Bos Dalang Serangan?
Kurang dari 10 hari sebelum serangan, Firstpost melaporkan pada Senin bahwa polisi Sri Lanka telah menyebarkan peringatan, yang dihasilkan oleh Research and Analysis Wing India. Dalam laporan itu diketahi tentang serangan bunuh diri yang akan segera terjadi terhadap "gereja-gereja Katolik populer dan Komisi Tinggi India".
Peringatan RAW, yang sumber-sumbernya dikatakan berasal dari interogasi seorang muslim yang ditahan oleh Polisi Tamil Nadu, menyebut nama Zahran Hashmi sebagai pemimpin gerakan.
Meskipun Hashmi telah bersumpah setia kepada ISIS tiga tahun lalu, pemerintah setempat hanya melihatnya sebagai tokoh yang haus publisitas saat itu.
Simak pula video pilihan berikut: