Teknologi Pengenalan Wajah Tak Optimal, Mahasiswa Ini Gugat Apple

Seorang mahasiswa menggugat Apple karena perusahaan itu disebut telah salah mengenali wajah sehingga membuatnya berurusan dengan pihak kepolisian.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Apr 2019, 17:00 WIB
Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang mahasiswa bernama Ousmane Bah yang kini berumur 18 tahun, dilaporkan telah mengajukan gugatan hukum pada Apple.

Alasannya, teknologi pengenalan wajah milik perusahaan tersebut ternyata tidak berfungsi optimal, sehingga membuatnya dituduh mencuri sejumlah Apple Store.

Dikutip dari CNET, Sabtu (24/4/2019), Bah ditahan kepolisian New York, Amerika Serikat, pada November tahun lalu dengan tuduhan telah mencuri di Apple Store yang berada di Manhattan, Boston, New Jersey, dan Delaware.

Pelaku sebenarnya belakangan diketahui ternyata memanfaatkan data Bah dari kartu identitasnya yang sempat hilang.

Meski sebenarnya kartu identitas itu tidak memiliki foto, tapi dengan teknologi pengenalan wajah Apple, informasi mengenai Bah ternyata terungkap sehingga otoritas keamanan setempat menangkapnya. 

Dalam gugatannya, Bah menyebut Apple telah membuat kelalaian, tekanan emosional, pencemaran nama baik, dan fitnah. Adapun teknologi pengenalan wajah yang digunakan Apple merupakan pengawasan Orwellian.

Sistem pengawasan ini disebut dilakukan secara diam-diam pada para pengunjung toko, lalu dilakukan analisis. Kendati demikian, Apple membantah telah menggunakan teknologi pengenalan wajah di tokonya.

Adapun Bah telah menggugat nilai ganti rugi sebesar USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,2 miliar. Apple sendiri hingga sekarang belum memberikan pernyatan resmi terkait gugatan yang dilayangkan Bah itu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Rentan Dirampok, Apple Store Bakal Dijaga Polisi

Apple Store

Sekadar informasi, kasus pencurian di Apple Store memang sempat marak terjadi tahun lalu. Karenanya, Apple terus berupaya meningkatkan keamanannya.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meminta bantuan pada pihak berwajib.

Dilaporkan The Verge, Apple telah meminta bantuan kepolisian setempat untuk menjaga Apple Store di Sacramento dan Roseville, Amerika Serikat (AS). Petugas kepolisian itu akan ditempatkan di bagian luar toko.

Mengingat Apple mengontrak polisi secara pribadi, mereka akan mendapat pembayaran dari perusahaan dan tidak memakai gaji yang diterima dari kedinasan.

Keputusan perusahaan untuk meminta bantuan polisi tak lepas dari jaminan keamanan lebih baik. 

Alasannya, anggota kepolisian tetap mampu mengejar pelaku kejahatan hingga berada di luar lingkungan mall. Harapannya, para pelaku yang melakukan pencurian dapat segera diringkus.

Sebelum kasus perampokan di sejumlah toko terjadi, Apple memang sudah meminta bantuan kepolisian untuk menjaga toko di Union Square, San Fransisco, AS.

Karenanya, toko tersebut belum menjadi target pencurian yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.

Jika langkah ini efektif, bukan tidak mungkin Apple akan menerapkan langkah serupa di toko-toko lain yang belum menjadi korban perampokan. Harapannya, kasus pencurian ini semacam ini tidak akan terjadi lagi. 


Polisi Berhasil Ringkus Perampok iPhone Senilai Rp 14,8 Miliar

iPhone 8 Plus dipajang di Apple Store, Sydney, Australia. (Ian Knighton/CNET)

Sebelumnya, Kepolisian di California Amerika Serikat berhasil meringkus gerombolan perampok yang memasuki sebuah Apple Store dan mencuri dan melarikan banyak perangkat Apple.

Gerombolan berjumlah 17 orang perampok yang ditangkap kepolisian itu diduga telah terlibat dalam serangkaian perampokan di Apple Store di 19 negara bagian. Demikian dilaporkan media SF Gate.

Dikutip dari Digital Trends, Jumat (28/9/2018), gara-gara insiden pencurian ini, Apple menderita kerugian hingga US$ 1 juta atau setara Rp 14,8 miliar. Sejumlah iPhone, MacBook, iPad, Apple Watch, dan sejumlah hal lain yang dicuri dari meja display.

Masalah tersebut menjadi sebuah hal serius, oleh karenanya, Jaksa Agung California Xavier Beccera mengeluarkan pernyataan resmi tentang hal itu.

"Pencurian terorganisir ini membuat kerugian besar bagi pemilik perusahaan di California dan membuat terjadinya kejahatan lain serupa," kata Beccera.

Dia menjelaskan, "Pada akhirnya, konsumen bakal membeli barang curian ini (menambah kerugian bagi perusahaan). Kami akan menindaklanjuti ini dengan aparat penegak hukum setempat dan mengadili para penjahat."

Penangkapan itu merupakan hasil dari penyelidikan yang melibatkan banyak lembaga penegak hukum di seluruh California.

Sampai saat ini, belum diungkapkan berapa banyak outlet Apple Store yang dirampok.

Media lokal setempat menyebut, sudah ada 21 Apple Store yang dirampok dalam lima bulan terakhir di seluruh negara bagian. 

(Dam/Jek)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya