Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta generasi muda agar tak perlu cemas dalam menghadapi era digital, terutama takut kehilangan pekerjaan.
"Dalam era digital akan tercipta sejumlah pekerja baru. ada yang hilang ada yang lain, yang lain itu belum tentu juga sedikit," ujarnya dalam Seminar Nasional Perpajakan, di Kampus PKN STAN, Tangerang Selatan, Rabu (24/4/2019).
Pemerintah, lanjut Mantan Dirjen Pajak ini, pun telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan kompetensi generasi muda sehingga siap menghadapi perkembangan teknologi.
Baca Juga
Advertisement
"Sehingga pasangan suatu program besar di Pemerintah pendidikan dan pelatihan vokasi memang bukan untuk jadi insinyur atau sarjana apa. Tapi untuk meningkatkan dan membuat relevan keterampilan dia, kompetisi dia. Satu di level BLK satu di SMK satu lagi di level Politeknik. Untuk mendukung Industri 4.0," lanjut dia.
Selain itu, Pemerintah bersama pelaku industri sudah mulai mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan baru apa saja yang mungkin akan muncul ke depan. Hal ini kemudian akan coba dimasukkan ke dalam sistem pendidikan.
"Tidak ada yang tahu job apa saja yang akan lahir. Kita sudah mulai identifikasi.Itu harus sudah diperkirakan. Kalau tidak dari sekarang itu 20 tahun ke depan berganti dia," ujar dia.
"Kalau kita tidak mampu lahirkan pengembangan industri digital maka kita akan jadi pemakai. Bukan hanya vokasi menyangkut industri digital, juga jenis-jenis industri. Kita banyak didik dan latih pemuda kita," tandas Darmin.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
4 Hal yang Harus Dimiliki Mahasiswa Milenial di Era Revolusi Industri 4.0
Memasuki era revolusi industri 4.0, mahasiswa tak cukup bermodalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi. Kecerdasan emosional menjadi hal yang tidak kalah penting untuk menyongsong zaman serba cepat dan digital ini.
Dekan sekolah vokasi UGM, Wikan Sakarinto, mengungkapkan Indonesia diramalkan akan memperoleh bonus demografi pada 2040, yakni menjadi negara lima besar dunia di bidang ekonomi.
"Untuk membuktikan kita bisa menang, harus adaptif terhadap perubahan," ujarnya di sela-sela diskusi publik bertajuk "Tantangan Universitas Menyiapkan Generasi 4.0" di hall Sekolah Vokasi UGM, Senin (25/3/2019).
BACA JUGA
Lewat diskusi ini, ia ingin memaparkan karakter mahasiswa yang tepat menjadi pemimpin aktor perubahan dan mengisi perubahan di masa depan. Menurut dia, universitas memiliki roadmapuntuk mengawal perubahan. Infrastruktur yang memadai harus diikuti dengan konten yang cerdas.
"Konten disiapkan melalui pendidikan, mahasiswa dengan IPK tinggi itu masa lalu, yang terpenting sekarang communication skill, literasi teknologi informasi, kepemimpinan, dan critical thinking," ucap Wikan.
Universitas juga harus mereformasi kurikulum, sehingga mendukung perubahan. Sekolah vokasi UGM mulai tahun ini tidak menerima mahasiswa D3 dan hanya menerima sarjana terapan D4.
Perbedaan signifikan di antara keduanya adalah produk yang dihasilkan selama kuliah. Sarjana terapan harus menghasilkan produk dan bisa digarap secara lintas disiplin, lalu mematenkannya.
"Hal ini akan memunculkan sarjana dari mahasiswa yang berinovasi dan mereka juga magang di industri dalam dan luar negeri," kata Wikan.
Advertisement