Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyebut, pertumbuhan kebutuhan produk primer berbahan baku kaca untuk industri farmasi dalam negeri saat ini rata-rata per tahun baru sebesar tiga persen.
Itu terdiri dari konsumsi produk ampul sebesar 700 juta pcs per tahun dan produk vial sebesar 500 juta pcs per tahun.
Airlangga mengatakan, dengan pertumbuhan yang baru mencapai tiga persen tersebut, Kementerian Perindustrian akan terus berbenah agar dapat meningkatkan nilai pertumbuhan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Pihaknya menargetkan, pertumbuhan kebutuhan terhadap produk kaca farmasi dapat berada di atas lima persen pada 2019.
"(Kita targetkan) bisa lebih dari 5 persen, di atas 5 persen. Karena kita lihat pertumbuhan pengguna universal BPJS itu naiknya tinggi," kata Airlangga saat ditemui di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (24/4/2019).
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Resmikan Pengoperasian Mesin Baru
Sebelumnya, Airlangga meresmikan pengoperasian mesin AK 2000 (top line production) baru milik PT Schott Igar Glass, di Cikarang, Jawa Barat.
Dengan bertambahnya dua mesin baru ini, kapasitas produksi primer berbahan baku kaca untuk industri farmasi tersebut diprediksi dapat mencapai 50 persen.
"Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Schott Igar Glass atas upaya penambahan top line production sebanyak dua mesin AK 2000 untuk meningkatkan kapasitas terpasang produk vial," kata Airlangga pada saat peresmian pengoperasian Mesin AK 2000 di PT Schott Igar Glass, Cikarang, Rabu, 24 April 2019.
Airlangga mengatakan, dengan pengoprasian dan bertambahnya dua mesin AK 2000 akan membuka peluang pengembangan industri kaca alat-alat farmasi dan kesehatan kian terbuka, termasuk untuk memperbesar pasar dalam negeri.
Hal ini ditopang dengan tumbuhnya industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional sebesar 4,46 persen pada tahun 2018.
"Bahkan, jumlah penduduk Indonesia mencapai 260 juta jiwa yang membutuhkan produk farmasi berupa vaksin, obat dan lainnya, mendorong pula kebutuhan pasar domestik,” ungkapnya.
Advertisement