Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan perempuan tetap bisa berprestasi dan menjalankan kariernya sambil tetap memainkan peran dan kodratnya. Hal ini disampaikannya dalam Rakornas Pembangunan PP PA 2019 dengan tema 'Kesetaraan Gender dalam Memperkuat Perekonomian sebuah Bangsa', di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten.
"Keadilan tidak berarti laki-laki dan perempuan diperlakukan sama, karena secara biologis berbeda," kata dia, Rabu (24/4/219).
Sri Mulyani bahkan mengisahkan pengalaman pribadinya ketika harus menulis disertasi saat tengah mengandung. Hal itu dapat dia jalankan dengan baik.
Baca Juga
Advertisement
"Tapi apa berarti seorang perempuan hamil tidak bisa mikir? Tidak juga. Saya hamil tulis disertasi. Sebelum melahirkan bahkan saya buat disposisi. Habis itu mandi, supaya cantik, ke rumah sakit," ungkapnya.
"Oh ini bayi nendang-nendang mau keluar. Biasa saja. Pas kebetulan bukaan satu lagi sakit-sakitnya tidak bisa berpikir. Coba laki-laki sesakit itu. Bisa berpikir tidak dia?" lanjut ibu tiga anak tersebut.
Dia bahkan menyebutkan bahwa perempuan tetap dapat menjalankan tugasnya secara profesional sembari melaksanakan tugasnya sebagai ibu.
"Di New Zealand, Perdana menteri bisa menyusui sambil rapat. Menyusui ya menyusui saja, otaknya tetap jalan," tandas Menteri Sri Mulyani.
Simak video pilihan berikut ini:
Teknologi Bantu Perempuan Berbisnis
Sri Mulyani menambahkan, perkembangan teknologi digital yang sedang terjadi saat ini, memberikan peluang bagi perempuan untuk berkarier atau menjalankan usaha dari rumah.
"Munculnya industri 4.0, memberi kesempatan bagi perempuan untuk laksanakan potensi di dirinya," kata dia.
Pemanfaatan teknologi, lanjut Sri Mulyani, tentu akan membantu perempuan untuk berkarier sembari tetap dapat menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga."Dengan tantangan jugling yang semakin kecil. Jadi dia bisa berpartisipasi dalam perdagangan, buat perhiasan, hijab, sepatu, tas, bisa dilakukan dan lebih efektif dalam mengatur usaha dan berhubungan market. Itu potensi besar dr teknologi," urainya.
Dia pun menegaskan, berbicara mengenai kesetaraan gender tidak bisa terlepas dari upaya menciptakan lingkungan yang membuat perempuan dapat berkarier tanpa meninggalkan panggilan kodratinya, misalnya menjadi istri dan ibu.
"Kalau Bapak dan Ibu pikirkan kesetaraan gender, coba pikirkan bagaimana perempuan memiliki lingkungan yang memungkinkan dia untuk produktif, memiliki kapasitas berkarya," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement