Mega Proyek Kilang Hasilkan BBM Standar Euro 5

Megaproyek kilang akan meningkatkan ketahanan energi, sebab produksi BBM Indonesia akan bertambah menjadi 1,7 juta hingga 2 juta bph.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Apr 2019, 10:45 WIB
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan, Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diproduksi dari megaproyek kilang ramah lingkungan karena berstandar Euro 5.

Adapun megaproyek kilang tersebut adalah empat proyek perluasan Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni RDMP Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU VI Balongan, dan RDMP RU II Dumai.

Selain itu, dua proyek Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan GRR Bontang.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan, megaproyek kilang akan meningkatkan ketahanan energi, sebab produksi BBM Indonesia akan bertambah dari saat ini sekitar 680 ribu barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta hingga 2 juta bph. Jika seluruh megaproyek kilang beroperasi, akan mengurangi impor BBM.

"Kita butuh 1,4 juta bph. Sekarang kilang Kita hanya mampu 680 ribu barel. Artinya hampir separuhnya Kita impor, memang salah satu penugasan mengurangi impor," kata Tallulembang, di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Tallulembang melanjutkan, selain meningkatkan kapasitas kilang, program megaproyek akan meningkatkan kualitas BBM, dari saat ini standar Euro 2 menjadi standar Euro 5. Dengan begitu sudah sesuai standar BBM negara maju yang ramah lingkungan.

"Kita produksi Euro 2 sementara ada tuntutan konsumen. Sehingga kilang yang kita upgrade ini standar Euro 5.  Kilang yang kita bangun adalah kilang yang menghasilkan produk BBM ramah lingkungan," tutur Tallulembang.

Kilang-kilang tersebut juga ditingkatkan keandalannya, sehingga mampu mengolah minyak mentah dari berbagai jenis, khususnya sour crude dengan kadar sulfur tinggi. Hal ini mengikuti kondisi pasar minyak mentah yang kebanyakan stok sour crude

Saat ini, kilang yang beroperasi di Indonesia kebanyakan hanya mampu mengolah minyak mentah jenis sweet crude dengan kadar sulfur rendah, menyesuaikan kondisi minyak mentah asal Indonesia.

"Kilang kita mampu mengelola sampai 2  persen sulfurnya, jadi lebih banya crude yang mampu kita olah," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pertamina Cari Mitra untuk Danai Proyek Kilang Balikpapan

Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mencari mitra untuk memikul beban investasi pembangunan kilang Balikpapan yang masuk dalam program mega proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) V.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, ‎Pertamina membangun kilang Balikpapan dalam dua tahap, untuk tahap pertama sudah dimulai pembangunannya dengan target selesai seluruhnya pada 2023.

"Pada 2023 kita targetkan menyelesaikan Balikpapan Nanti Kita kelola cured lokal. Di fase dua Kita bisa mengelola crude sulfur tinggi tapi tidak terburu-buru," kata Tallulembang di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu, 24 April 2019.

Menurut Tallulembang, dalam pembangunan Kilang Balikpapan Pertamina dengan modalnya internal sudah berjalan. Namun, untuk menyelesaikannya memerlukan suntikan dana.‎ Untuk diketahui total nilai investasi pembangunan kilang Balikpapan sebesar USD 6,5 miliar.

"Masalahnya dana, kalau ini saja Pertamina mampu. Tapi kalau panjang berat," tuturnya.

Tallulembang mengungkapkan, Pertamina akan mencari mitra untuk mendanai pembangunan Kilang Balikpapan, dengan syarat mau mengikuti proses pembangunan yang sudah berjalan.‎

"Untuk Balikpapan kita akan cari patner yang mau mengikuti apa yang kita jalankan," ujarnya.

Dia melanjutkan, mitra ‎tersebut bisa berasal dari perusahaan penjual migas atau penyedia dana. Pertamina pun telah mengadakan seleksi calon mitra, dengan target pada Oktober 2019 mitra pembangunan Kilang Balikpapan sudah diputuskan.

"Dari studi analisis kita yang mau begitu trading patner dan financial patner. Saat ini sudah selesai dari 70-an (calon mitra) tinggal 9, targetnya Oktober nanti sudah diputuskan," tandasnya.

 


Pertamina Siap Bangun Kilang Cilacap Tanpa Bantuan Aramco

Kegiatan warga sekitar di dekat kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Kilang Pertamina RU IV Cilacap berkapasitas produksi terbesar mencapai 348.000 barrel per hari. (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) siap membangun kilang Cilacap tanpa mitra. Meski saat ini perusahaan plat merah tersebut sedang melakukan negosiasi untuk menentukan nilai aset Pertamina diproyek ini dengan Saudi Aramco.

Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, Per‎tamina sudah mendapat calon mitra untuk menggarap Kilang Cilacap, yaitu perusahaan migas nasional Arab Saudi, Saudi Aramco. Kedua perusahaan pun telah menandatangani perjanjian pembentukan perusahaan patungan.

"Proyek ini saat ini kita sudah pilih partner, Saudi Aramco. Sudah cukup panjang perjalanan, sudah ada Joint Venture Agreement‎," kata Tallulembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu, 24 April 2019.

Menurut Tallulembang, Pertamina sudah memenuhi permintaan Saudi Aramco untuk menjadi mitranya, yaitu instif pajak, pengadaan lahan dan pemisahan unit usaha. Namun, sampai saat ini masih ada yang mengganjal kerjasama pembangunan kilang dengan nilai investasi USD 5,8 miliar ini, yaitu perhitungan nilai aset Pertamina diproyek tersebut.‎

"Dari tiga itu, semuanya sudah dipenuhi. Tinggal satu yaitu belum ada kesepakatan valuasi aset, nilai kilang eksisting itu berapa yang akan ditransfer ke Joint Venture. Itu yang enggak ketemu sampai sekarang," tuturnya.

Tallulembang mengungkapkan, Pertamina pun telah memiliki nilai aset, baik dihitung secara sendiri maupun konsultan independen berdasarkan rekomendasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, nilai tersebut tidak disetujui oleh Saudi Aramco.

Berdasarkan perjanjian, negosiasi harusnya selesai pada Desember 2018, namun diperpanjang enam bulan dengan target selesai Juli. Dalam perhitungan kali ini, Pertamina menggunakan kosultan independen internasional.

Jika dalam negosiasi enam bulan terakhir masih menemui jalan buntu, Pertamina pun siap berjalan sendiri atau mencari patner baru dalam‎ membangun Kilang yang berkapasitas 1,5 juta barel ini, dengan target penyelesaian pembangunan pada 2025.

"Mereka bisa memahami ada perbedaan kalau tidak bisa lanjut jangan dipaksa. Para pihak mencoba melakukan negosiasi sampai Juni. Intinya Pertamina tetap komit melakukan kilang Cilacap ini ada atau tidak ada patner. Kita akan jalankan sesuai time line," tandasnya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya