Menteri Jonan Khawatir Generasi Milenial Tak Lagi Minati Sektor Energi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, khawatir generasi muda tidak akan tertarik berkarier di sektor energi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Apr 2019, 12:54 WIB
Menteri ESDM Ignasius Jonan (Foto: Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, khawatir generasi muda tidak akan tertarik berkarier di sektor energi, jika tidak mengedepankan keselamatan.

Jonan mengatakan, di era perkembangan digital sektor energi, meliputi minyak dan gas bumi (migas), listrik dan mineral batubara (minerba) menghadapi tantangan, untuk menarik minat generasi muda berkarier dalam sektor tersebut. Sebab, sektor tersebut identik dengan kerja keras.

"Masalah lain adalah tantangan, semua di sektor energi sektor saya, pertambangan, minyak dan gas, listrik," kata Jonan, di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Jonan menuturkan, untuk menjaga daya tarik generasi muda berkarier pada sektor energi, perlu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

"Kita harus menciptakan situasi lingkungan yang lebih cepat, mengapa? Generasi muda mungkin tidak tertarik untuk bekerja di sektor yang sangat keras seperti pertambangan, hulu minyak dan gas, jika lingkungan keselamatan lingkungan kesehatan untuk industri, sangat penting menurut saya," tutur dia.

Jonan mengungkapkan, sektor industri dan bisnis perlu bekerja sama, mencari solusi untuk menjaga daya tarik generasi muda berkarir pada sektor energi, khususnya dalam implementasi standar keselamatan.

"Kita perlu menemukan beberapa solusi, bersama-sama industri dan bisnis, bagaimana menjaga standar keselamatan implemetasi yang sesuai," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Menteri Jonan Buka Konferensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Ignasius Jonan menyampaikan penjelasan saat menghadiri Transformational Business Day: Indonesia Energy, Gas & Renewables di Jakarta, Rabu (14/3). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) untuk kedua kalinya menggelar International Conference of Occupational Health and Safety atau Konferensi lnternasional tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (ICOHS). Acara ini dibuka secara resmi oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan.

Konferensi yang diselenggarakan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, pada 24-26 April 2019 ini, diharapkan menjadi ajang diskusi bagi para sarjana, akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya di negara-negara berkembang.

"Konferensi berskala internasional ini memiliki misi untuk mengumpulkan ahli yang kompeten dan berpengalaman di bidang K3, mengumpulkan peserta dari Indonesia dan negara lain," kata Kepala Departemen K3 FKM Ul, Indri Susilowati Hapsari, pada pembukaan konferensi, Kamis, 25 April 2019.

Konferensi semacam ini juga diharapkan dapat meningkatkan serta menyamakan pemahaman terkait pentingnya implementasi K3, apalagi dalam menyongsong era industri 4.0.

"Meningkatkan publikasi ilmiah yang kredibel dan menyediakan komunitas K3 nasional dan internasional yang luar biasa dalam memperbarui pengetahuan dan metode dalam mengatasi tantangan K3 di Indonesia," ujar dia.

 


Selanjutnya

 

ICOHS kali ini mengangkat tema 'Occupational Health and Safety Implementation in Developing Countries Toward industry 4.0' atau Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Negara Berkembang Menuju lndustri 4.0.

Beberapa subtema yang dibahas dalam konferensi ini, di antaranya Tantangan Organisasi Kerja K3 di lndustri 4.0, Kerangka Kerja Legislatif dan Peraturan K3 di Industri 4.0, Sistem Manajemen K3 dalam Industri 4.0 dan Manajemen Risiko Kerja di Industri 4.0.

Tema tersebut diangkat untuk melihat tren, masalah, dan strategi K3 yang berkembang dan mempengaruhi peningkatan K3 di masyarakat secara global, terutama di negara-negara berkembang. K3 menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dalam berbagai kegiatan produksi dan industri atau kegiatan tertentu dalam beroperasi secara produktif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya