Memburu Tersangka Teror Bom, Sri Lanka Tambah Ribuan Personel Militer

Pemerintah Sri Lanka menambah ribuan personel militer untuk memburu tersangka teror bom beruntun di ibu kota Kolombo.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 25 Apr 2019, 12:52 WIB
Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)

Liputan6.com, Kolombo - Pemerintah Sri Lanka menambahkan ribuan pasukan militer di seluruh wilayah negara itu sejak Rabu 24 April 2019 malam. Langkah itu dilakukan guna membantu polisi memburu tersangka teror bom beruntun pada Minggu Paskah, 21 April.

Dikutip dari Channel News Asia pada Kamis (25/4/2019), bom bunuh diri yang menyasar gereja Katolik dan hotel mewah itu hingga kini telah menewaskan 359 orang.

Pimpinan angkatan darat Sri Lanka, Brigadir Sumith Atapattu, mengatakan telah meningkatkan penempatan anggotanya dari 1.300 menjadi 6.300 prajurit pada hari Rabu.

Brigadir Atapattu juga mengatakan terdapat tambahan sekitar 2.000 personel dari angkatan laut dan angkatan udara setempat.

"Kami dipersenjatai dengan kekuatan untuk mencari, merebut, menangkap dan menahan di bawah peraturan darurat," kata Atapattu kepada kantor berita AFP.

"Kami juga terlibat dalam tugas penjaga statis, berpatroli, serta membantu operasi penjagaan dan pencarian," lanjutnya.

Di saat bersamaan, pemerintah Sri Lanka turut mengumumkan larangan untuk seluruh jenis penerbangan drone, dan mengatakan lisensi semua operator komersial ditangguhkan dengan segera.


75 Orang Diinterogasi Terkait Teror Bom

Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)

Polisi Sri Lanka dikabarkan telah menangkap 16 tersangka lainnya pada Rabu malam, terkait dugaan memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis National Thowheeth Jama'ath (NTJ) yang dituduh sebagai dalang utama dalam teror Minggu Paskah.

Polisi mengatakan, saat ini, sekitar 75 orang sedang diinterogasi sehubungan dugaan terlibat dalam serangan teror paling mematikan dalam sejarah negara itu.

Pihak berwenang Sri Lanka juga sedang menyelidiki kegagalan keamanan untuk bertindak berdasarkan informasi sebelumnya, tentang pemboman Paskah yang akan datang oleh NTJ.

Presiden Maithripala Sirisena, yang juga merupakan menteri pertahanan setemoat, mengatakan pada hari Selasa, bahwa dia berjanji merombak pimpinan polisi dan pasukan bersenjata "dalam waktu 24 jam".

Namun, hingga Kamis pagi waktu lokal, belum ada bukti dari perubahan yang dijanjikan itu.

Hari ini, Sirisena akan bertemu dengan para pemimpin dari semua partai politik, serra barisan pemuka dalam dua pertemuan terpisah, untuk membahas situasi darurat nasional pasca-serangan teror.


Ledakan Kembali Terjadi di Sri Lanka

Ilustrasi ledakan bom (iStockPhoto)

Sementara itu, sebuah ledakan kembali terdengar di Sri Lanka pada Kamis, 25 April 2019. Suara misterius itu datang dari tanah kosong di belakang gedung pengadilan di Kota Pugoda, 40 kilometer sebelah timur Ibu Kota Kolombo. Informasi diberikan oleh polisi dan warga setempat.

Hingga berita ini dimuat, masih belum diketahui jumlah korban dari ledakan terbaru tersebut, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada hari Kamis.

Adapun sifat ledakan masih diselidiki oleh otoritas Sri Lanka, mengingat insiden ini terjadi empat hari pasca-delapan bom beruntun yang menghantam Kolombo pada Minggu Paskah, 21 April 2019.

Insiden nahas pada hari Minggu itu telah menewaskan 359 orang, dan membuat 500 lainnya luka-luka. Sebagian besar dari mereka adalah umat katolik Sri Lanka yang tengah merayakan misa hari besar agama, dan wisatawan asing di tiga hotel mewah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya