Liputan6.com, Jakarta Berhubungan seks adalah bagian penting dalam sebuah kehidupan pasangan suami istri (pasutri). Namun, tidak ada yang tahu seberapa sering hubungan intim yang disarankan dan baik untuk mempererat pasangan.
Psikolog dan terapis seks, Rachel Needle mengatakan bahwa setiap individu memiliki perbedaan soal bagaimana mereka berhubungan seks. Beberapa faktor seperti usia, lama waktu berhubungan, dan jenis kelamin bisa berpengaruh.
Advertisement
Meski begitu, bisakah seseorang melakukan hubungan seks secara berlebihan?
Melansir Bustle pada Kamis (25/4/2019), Needle mengatakan bahwa seks berlebihan tergantung dari bagaimana itu mempengaruhi hubungan Anda. Begitu pula ketika seseorang merasa kurang dalam hubungan seks.
Simak juga video menarik berikut ini:
Tergantung Berbagai Faktor
"Frekuensi seksual bisa bergantung pada faktor-faktor dan tidak terbatas pada keinginan, jadwal, peluang, kecemasan dan keterikatan," kata Needle menjelaskan. Menurutnya, semua itu bervariasi selama hidup.
"Misalnya, ketika Anda berada dalam hubungan jarak jauh, Anda bisa berada dalam pendulum antara seks 'kurang' dan 'terlalu banyak,'" tambahnya. Sehingga, keadaan lingkungan juga berpengaruh pada penentuan apakah seseorang terlalu banyak atau terlalu sedikit dalam hubungan intim.
Yang pasti, apabila seseorang melakukan terlalu banyak hubungan seks, ada beberapa pertanda yang harus diwaspadai. Needle mengatakan, yang paling utama adalah saat seks mengganggu produktivitas Anda.
"Jika pikiran Anda sibuk terikat dengan seks, berpikir bahwa seks mengganggu kehidupan, tanggung jawab atau hubungan, serta muncul rasa bersalah atau perasaan negatif lain muncul akibat seks, mungkin bagus untuk mencari bantuan kesehatan mental yang khusus dalam seksualitas atau terapis seks bersertifikat."
Advertisement
Berbahaya untuk Fisik
Tidak hanya itu, kelebihan seks di waktu yang singkat juga berbahaya bagi tubuh secara fisik. Misalnya, nyeri pada vagina, panggul, atau leher rahim yang memar pada wanita.
"Pada perempuan misalnya, mungkin saja mereka terlumasi lebih sedikit setelah kontak atau penetrasi seksual berkepanjangan, yang bisa menyebabkan rasa sakit dan iritasi, untuk mereka atau pasangannya," kata Needle menambahkan.
Yang terpenting adalah bukan hanya frekuensi. Needle mengatakan, kepuasan seksual akan berkontribusi pada kualitas hidup secara menyeluruh serta tidak terbatas pada hubungan fisik saja tapi juga komunikasi dengan pasangan.
Soal jumlah yang tepat, tentu saja itu tergantung Anda dan pasangan.