Taman Nasional Ujung Kulon, Habitat Favorit Nyamuk Malaria Hidup

Taman Nasional Ujung Kulon termasuk salah satu habitat favorit nyamuk malaria berkembang biak.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Apr 2019, 08:00 WIB
Sungai Cigenter di Pulau Handeleum, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. (Instagram/mamduh.j)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyebut, Taman Nasional Ujung Kulon termasuk salah satu wilayah endemis malaria. Taman nasional ini menjadi lokasi menyenangkan berkembang biak nyamuk Anopheles, pembawa malaria.

"Untuk wilayah endemis malaria, di Banten ini juga masih ada, yakni di Taman Nasional Ujung Kulon," ungkap Nadia dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan pada Kamis (25/4/2019).

Para pelancong pun seringkali disarankan untuk membawa losion anti nyamuk saat hendak berkunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon ini seluas 120,551 hektar merupakan tempat perlindungan badak dan banteng.

Kawasan hutan lindung serta objek wisata di dalam taman nasional yang lembab dan basah menjadi area favorit nyamuk malaria hidup.

Nyamuk malaria berkembang biak di area genangan air, rawa, dan laguna--sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Dalam hal ini, lokasi air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol.

Saksikan video menarik berikut ini:


Pengendalian lingkungan

Taman Nasional Ujung Kulon bisa kerja sama dengan KLHK. (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Lantas bagaimana upaya petugas yang bekerja di Taman Nasional Ujung Kulon tidak terkena malaria? Ada beberapa kebijakan yang bisa dilakukan.

"Kebijakan yang dilakukan, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon bisa bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam upaya pengendalian lingkungan di taman nasional. Misal, bagaimana upaya mengeringkan air tergenang supaya nyamuk malaria tidak berkembang biak," jelas Nadia.

Pemberian larvasida berupa zat kimia yang bisa membunuh jentik nyamuk bisa juga dilakukan. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan, upaya mengendalikan air tergenang yang lokasinya bukan bagian dari taman nasional (di luar area taman nasional).


Skrining kesehatan

Taman Nasional Ujung Kulon (Liputan6.com/Yandhi Deslataman)

Dari sisi kesehatan, ada cara agar petugas yang bekerja di Taman Nasional Ujung Kulon tidak terinfeksi malaria.

"Di sektor kesehatan, kita bisa bekerja sama dengan surveilans terkait migrasi, petugas yang keluar masuk taman nasional. Mereka dipastikan tidak membawa penyakit malaria," Nadia melanjutkan.

Penduduk yang tinggal di sekitar lokasi taman nasional juga harus bebas malaria. Seluruh upaya itu dilakukan dengan cara skrining kesehatan. Perhatikan gejala malaria berupa demam sampai menggigil. Segera pergi ke dokter dan diobati.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya