Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda pernah punya bos yang tidak bertanggung jawab?. Bos yang selalu memerintah meskipun tidak jelas apa perintahnya? Bos yang tidak pernah mengapresiasi walaupun Anda sudah melakukan yang terbaik?.
Jika jawabannya ya, kemungkinan besar Anda bekerja sebagai toxic handler, atau 'petugas yang menangani orang-orang beracun' di kantor Anda. Anda tidak benar-benar bekerja di posisi yang tertera dalam kontrak.
Anda hanya menghabiskan tenaga dan dibayar untuk menghadapi orang beracun atau toxic.
Baca Juga
Advertisement
Konsep toxic handler pertama kali dicetuskan di artikel ulasan Harvard Business yang ditulis akademisi di bidang bisnis asal Kanada Sandra Robinson, yang kemudian dilanjutkan oleh Peter Frost, seperti yang dikutip dari CNBC.
Di dalam artikel tersebut, biasanya toxic handler adalah orang terpercaya si bos. Mereka adalah orang yang senang bekerja, patuh dengan apa yang disuruh bosnya dan kadang, sering 'meredam api yang dinyalakan bosnya'.
Punya Dua Pekerjaan Sekaligus
Dalam hampir setiap situasi, toxic handler selalu melakukan dua pekerjaan, yaitu pekerjaan aslinya sesuai dengan posisi dan pekerjaan membereskan masalah si bos.
Biasanya, toxic handler juga punya kesabaran tingkat tinggi. Meskipun, mereka bisa pergi tiba-tiba karena tidak tahan.
Sebenarnya, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan menjadi toxic handler. Justru, itu adalah pekerjaan yang mulia. Hanya orang yang tidak memikirkan diri sendiri saja yang bisa seperti itu.
Meski begitu, jika terus menerus dilakukan, karier Anda tidak akan sehat. Anda mungkin akan berlatih dan bertahan sekuat kemampuan, tapi untuk berkembang hampir tidak mungkin karena lingkungannya saja sudah beracun.
Bila Anda menerima pekerjaan dan dalam beberapa waktu sudah merasa tanda-tanda menjadi toxic handler, Anda punya dua pilihan, bertahan dan membuat bos semakin mengandalkan Anda dan pergi mencari tempat yang lebih menghargai Anda sebagai pegawai berprestasi, bukan sebagai pekerja yang legawa dengan sikap bos yang beracun.
Advertisement