Liputan6.com, Jakarta - Alunan instrumen gitar bercampur suara ramai obrolan pengunjung di salah satu warung jamu di bilangan Jakarta. Dari luar, warung jamu ini lebih terlihat seperti coffee shop, walau pun isinya berupa minuman tradisional.
Jamu Bukti Mentjos merupakan bukti warung jamu masih eksis hingga kini. Horatius Romuli, generasi ketiga dari warung jamu ini belajar membuat dan meracik jamu dari kakek-nenek dan orangtuanya.
Jamu sendiri merupakan minuman tradisional dari rempah yang dipercaya sejak zaman dulu untuk mengobati penyakit, menjaga kesehatan, maupun kecantikan. Jamu Bukti Mentjos mengolah sendiri jamu-jamunya.
Berbagai macam rempah didatangkan dari Jawa Tengah. Rempah diolah menjadi bubuk jamu siap racik, jamu kemasan, hingga jam siap minum.
Baca Juga
Advertisement
Warung jamu ini berdiri sejak 1940-an di Singasari, Solo. Kakek-nenek Horatius kemudian pindah ke Jakarta pada 1950 dan membuka warung jamunya.
"Nenek saya itu bikin jamu. Ada tetangga anaknya diare dibikinin jamu, berhenti diarenya. Ada yang batuk-batuk, dibuatin, sembuh batuknya. Kok jamunya terbukti manjur? Jadi, namanya Jamu Bukti," kata Horatius kepada Liputan6.com pada Rabu, 24 April 2019.
Warung jamu ini berada kawasan Salemba Tengah, Jakarta Pusat. Sebuah foto hitam putih yang terdapat dalam brosur memperlihatkan dahulu warung jamu ini masih berbentuk gubuk.
"Antara warung jamu sama masjid itu ada pasar rame. Namanya pasar mentjos, makudnya menceng atau serong. Tahun 70-an hilang, jadi taman sama jalan. Nah, namanya dipakai. Wartel mentjos, soto mentjos. Milik bersama. Tahun 70-an lebih dikenal mentjos-nya," kenang Horatius.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pojok Racik
Desain warung mirip bar ini masih dipertahankan sejak dulu. Terdapat pojok racik khusus untuk Horatius. Ia bisa bercengkerama dengan pembeli sambil meracik. Pembeli yang datang akan duduk dan menyampaikan keluhan pada Horatius.
Dengan sigap, ia pun mengambil bahan jamu dari toples-toples yang sudah diberi label nomor. Menyesuaikan rempah apa yang terdapat di dalamnya.
"Orang yang datang ke sini ada dua tipe. Pertama, untuk memelihara kesehatan. Kedua, orang yang ada keluhan seperti gangguan lambung, pilek, pinggang sakit lah," ujar Horatius.
Bila sedang tidak ada Horatius, karyawan di sana pun sigap melayani. Mereka terlatih untuk menyesuaikan keluhan serta racikan jamu apa yang cocok. Horatius yang sibuk biasanya hanya melayani pelanggan di malam hari.
Uniknya, ia akan memberikan PR kepada tiap pelanggan untuk meningkatkan kesehatan. Tak lelah, ia menjelaskan berulang kali pada pelanggan yang datang.
"Jamu kan ramuan. Satu gelas ini isinya ada buat batuknya, lambungnya, alerginya," lanjutnya.
Advertisement
Tempat Nongkrong Orang Tua dan Anak Muda
Tak hanya orang tua, anak muda pun terlihat masuk-keluar warung jamu ini. Beberapa terlihat datang bersama temannya. Terlihat banyak orang yang mengobrol santai walaupun dengan orang yang tak dikenal. Saling tukar informasi kesehatan maupun lainnya.
"Ini kan tradisional. Khasiatnya juga lebih bagus ketimbang sama obat-obatan. Jadinya aman. Orangtua pun biasa minum jamu. Beli ini baru. Namanya si manis untuk mencegah kencing manis. Sebelum terjadi udah mencegah aja gitu," ujar Irhamna, pelanggan anak muda yang sudah biasa minum jamu.
Ada pula Riri, seorang mahasiswa yang ternyata sudah sering diajak ibunya minum jamu ke Jamu Bukti Mentjos sejak SD. Ia rutin minum jamu untuk memelihara kesehatan.
Pelanggan lainnya, Joe, juga sering ke warung jamu tersebut sejak era 90-an. Ia bahkan mengenal ayah dari Horatius yang dulu melayani pelanggan.
"Kalau yang namanya Mentjos, saya guarantee," ujar Danu, pelanggan setia jamu tersebut sejak era 70-an.
Bila ingin mencicipi, Anda bisa datang ke Jamu Bukti Mentjos, Jalan Salemba Tengah nomor 48, Jakarta Pusat. Warung buka dari pukul 09.00-21.30 WIB. (Fairuz Fildzah)