Liputan6.com, New York - Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden pada Kamis, 25 April secara resmi mengumumkan dirinya akan bertarung dalam pilpres Amerika Serikat 2020 dari partai Demokrat.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (26/4/2019), hal itu ia sampaikan lewat sebuah video yang diunggah lewat Twitter @JoeBiden.
"Nilai-nilai inti bangsa ini... kedudukan kita di dunia... demokrasi kita sendiri... Itulah sebabnya hari ini saya mengumumkan pencalonan untuk Presiden Amerika Serikat," ujar Joe Biden.
Baca Juga
Advertisement
Dalam video berdurasi tiga setengah menit itu, Biden mengatakan dia tidak bisa berpangku tangan sementara Donald Trump "secara mendasar mengubah karakter bangsa ini".
Bahkan sebelum pengumuman resminya, Biden, yang pernah menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama, memimpin sebagian besar survei pemilih Demokrat.
Jajak pendapat RealClearPolitics menempatkannya sebagai favorit dengan dukungan 29,3 persen, diikuti oleh Senator Independen Bernie Sanders dengan 23 persen.
Juru bicara Barack Obama, Katie Hill membuat sebuah pernyataan setelah pengumuman yang dilakukan oleh Biden.
Ia mengatakan, telah lama Obama merasa Joe Biden sebagai orang yang tepat dan ia sendiri mengaku bahwa itu adalah keputusan yang tepat.
Wali Kota Gay Ini Resmi Mencalonkan Diri Sebagai Presiden AS 2020
Sama seperti Biden, Pete Buttigieg, wali kota South Bend, Indiana, secara resmi meluncurkan pencalonannya sebagai presiden dalam pemilu Amerika Serikat 2020, pada Minggu 14 April 2019.
Politikus 37 tahun tersebut sebelumnya sudah mengumumkan hal itu dalam rapat umum yang digelar di kota kelahirannya.
Buttigieg mengatakan, ia bersedia mencalonkan diri sebagai presiden AS lantaran ingin memberikan "kisah" berbeda dari 'Make America Great Again'.
"Seperti yang telah ditunjukkan oleh South Bend, tidak ada politik yang benar-benar bersih, yang berputar di sekitar kata. Inilah saatnya untuk meninggalkan masa lalu dan menuju sesuatu yang berbeda total," ujar Buttigieg, dikutip dari The Guardian.
Wali kota yang merupakan pendukung keras LGBT itu, juga mengemukankan bahwa dirinya adalah bagian dari generasi pertama yang tumbuh di tengah maraknya aksi penembakan brutal di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan hidup berdampingan dengan dampak dari perubahan iklim.
Bagi Buttigieg yang memiliki pasangan sesama jenis, Chasten Glezman, pemanasan global menyangkut masalah hidup-mati untuk penerus masa kini. Ini yang ia tegaskan dalam kampanyenya pada pekan lalu, termasuk tema-tema kebebasan, keamanan dan demokrasi.
"Saya berani mencalonkan diri sebagai presiden AS karena saya merasa mewakili suara milenial di kawasan midwestern," ungkapnya.
"Itu bukan hanya tentang memenangkan pemilu, tapi soal menguasai sebuah era. Itu bukan hanya tentang empat tahun ke depan (AS), namun soal persiapan negara kita untuk kehidupan yang lebih baik pada tahun 2030, pada 2040," ujar Buttigieg lagi.
Menyebut bahwa politik adalah urusan personal, Buttigieg bersumpah ia bakal menyediakan fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan bagi pasangan sesama jenis, yang menghubungkan legislasi di Washington D.C. dengan kehidupan di seluruh negeri.
Perubahan yang hendak dilakukannya untuk Negeri Paman Sam termasuk mereformasi pemilihan umum, perawatan kesehatan untuk setiap warga Amerika Serikat, keadilan rasial, kesetaraan gender bagi perempuan dan tenaga kerja terorganisir.
Advertisement