Spanyol Siap Gelar Pemilu Ketiga dalam Empat Tahun

Minggu 28 April 2019 Spanyol akan menggelar pemilu yang tampaknya akan memastikan perubahan pola pemilihan umum di seluruh Eropa.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2019, 09:02 WIB
Demonstran mengibarkan bendera Spanyol dan Catalonia selama demonstrasi massal melawan deklarasi kemerdekaan Catalonia, di Barcelona, Spanyol, (29/10). Mereka menyerukan persatuan dan menolak deklarasi kemerdekaan Catalan. (AP Photo/Gonzalo Arroyo)

Liputan6.com, Madrid - Untuk ketiga kalinya dalam empat tahun warga Spanyol akan kembali memberikan suara mereka di TPS pada Minggu ini 28 April 2019, Momen itu tampaknya akan memastikan perubahan pola pemilihan umum (Pemilu) di seluruh Eropa yang menjauh dari partai-partai tradisional.

VOA Indonesia yang dikutip Jumat (26/4/2019) memberitakan, pemilihan umum hari Minggu nanti akan mengukuhkan fragmentasi politik, demikian menurut pakar politik di Universidad de Salamanca Ivan Llamazares. Ia mengatakan "akan sangat sulit" untuk membentuk mayoritas legislatif yang stabil di Spanyol pada tahun-tahun mendatang” karena kegagalan politik yang berhaluan ke pusat.

Kelompok Sosialis yang dipimpin oleh Pedro Sanchez, yang juga menjabat sebagai perdana menteri saat ini, diperkirakan akan menarik manfaat terbesar dalam pemungutan suara 28 April mendatang, yang diwarnai kemarahan dan tudingan pengkhianatan oleh mereka yang ditinggalkan. Munculnya partai ultra nasionalis Vox yang Desember lalu memenangkan 12 kursi di parlemen regional di Andalusia, telah menambah kerentanan pemilu.

Jika termasuk dalam tokoh yang dipilih warga dalam pemilu hari Minggu nanti, hal ini merupakan pencapaian luar biasa bagi Sanchez, karena hingga tahun lalu kelompok Sosialis dililit perpecahan tajam dan sulit meraih suara besar karena dua kekalahan dalam pemilu sebelumnya. Lembaga-lembaga survei memperkirakan partai pimpinan Sanchez akan meraih 30% suara.

Tetapi lepas dari kebangkitan mereka, Partai Sosialis Spanyol PSOE kemungkinan akan ditolak mayoritas rakyat. Partai itu akan tetap memiliki posisi terbaik saat ini ketika berupaya membentuk pemerintah koalisi secara resmi, yang pertama di tingkat nasional sejak pemulihan demokrasi tahun 1977, demikian prediksi analis dan lembaga jajak pendapat.

 


Kebangkitan Partai

Pedro Sanchez (kiri) saat disumpah menjadi perdana menteri baru Spanyol, disaksikan oleh Raja Felipe VI (tengah, depan) dan mantan PM Mariano Rajoy (kanan, depan) pada Sabtu, 2 Juni 2018 (Media Pool via The Guardian)

Pedro Sanchez dari Partai Sosialis kembali bangkit Mei 2018 lalu ketika ia memanfaatkan serangkaian skandal korupsi untuk menggulingkan pemerintahan konservatif pimpinan Mariano Rajoy lewat mosi tidak percaya yang menarik dukungan sejumlah anggota parlemen dalam Partai Podemo yang berhaluan kiri dan juga partai Catalan dan kelompok nasionalis Basque.

Sejak itu sebagai perdana menteri pemerintahan yang minoritas, Pedro Sanchez tidak terlalu efektif membangun kembali basis PSOE lewat serangkaian kebijakan progresif. Hal ini mencakup kebijakan menaikan upah minimum, menunjuk kabinet yang didominasi permepuan dan memulai proses hukum untuk memindahkan jasad almarhum diktator militer Jendral Fransisco Franco dari sebuah makam besar di dekat Madrid -- yang kini telah menjadi tempat khusus bagi para aktivis berhaluan kanan jauh.

Langkah-langh itu mungkin dapat membantu PSOE meraih kembali suara diabanding Partai Konservatif Populer PP.

 


Partai Saingan

Vox, sebuah partai ultra-nationalis yang dipimpin Santiago Abascal, juga telah muncul menjadi kekuatan lain dalam pemilihan umum nanti.

Ivan Llmazares mengatakan Vox, yang dampaknya menarik pemilih konservatif yang marah dengan upaya Catala memisahkan diri dari Perancis, "telah memecah kelompok kanan dan tampaknya akan menarik dua partai utama, Partai Konservatif Populer PP dan partai berhaluan kanan tengah Ciudadanos, pada posisi ideologi yang lebih ekstrem."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya