Liputan6.com, Kolombo - Kementerian Kesehatan Sri Lanka pada Kamis 25 April 2019 merevisi jumlah korban tewas dalam serangan teror mematikan di perayaan Minggu Paskah. Dari yang sebelumnya 359 orang menjadi 253 jiwa.
Dikutip dari CNN pada Jumat (26/4/2019), itu berarti otoritas Sri Lanka mengurangi daftar resmi jumlah korban sebanyak lebih dari 100 orang.
Advertisement
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Kesehatan Sri Lanka sempat mengklaim jumlah korban tewas akibat teror bom mencapai 290 orang, bukan 359 seperti yang dilaporkan oleh media.
"Beberapa jasad mengalami kerusakan parah dalam ledakan semacam ini dan ada kemungkinan beberapa tubuh hancur total atau terbelah menjadi beberapa bagian, membuat identifikasi seluruh tubuh menjadi sulit," kata juru bicara Kementerian Kesehatan setempat.
"Karena itu, menghitung jumlah korban jiwa yang pasti sangatlah sulit," tambahnya.
Investigasi Kriminal Internasional Besar-Besaran
Puluhan orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangkaian pemboman bunuh diri terkoordinasi di gereja-gereja dan hotel-hotel Sri Lanka, Minggu Paskah 21 April.
Menurut pihak berwenang, serangan itu dilakukan oleh kelompok ekstremis National Towheeth Jamaath (NTJ) yang tidak banyak diketahui.
Investigasi kriminal internasional besar-besaran terhadap serangan teror itu sedang berlangsung, dengan enam agen polisi asing dan Interpol membantu polisi setempat, termasuk Scotland Yard dari Inggris dan FBI dari Amerika Serikat.
Advertisement
Dalang Teror Bom Sri Lanka Terkuak?
Sebuah video yang dirilis oleh kelompok ISIS setelah mengklaim bertanggung jawab atas teror bom Sri Lanka, memperlihatkan sesosok pria yang diduga kuat sebagai dalang serangan. Ulama berwajah bulat itu diketahui bernama Zahran Hashim.
Dia menjadi satu-satunya yang memperlihatkan wajah di antara delapan orang yang tampil dalam video terkait.
Mengenakan tunik hitam dan penutup kepala sambil memegang senjata, Hashim dan tujuh orang lainnya bersumpah setia terhadap pemimpin besar ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi.
Pejabat intelijen dan perdana menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, percaya bahwa Hashim, seorang penceramah berbahasa Tamil dari wilayah timur negara itu, sebagai dalang utama dalam serangkaian teror di ibu kota Kolombo.
Hashim diidentifikasi oleh polisi, meski namanya dieja sebagai Hashmi, sebagai pemimpin NTJ, dan sedang menjadi buruan internasional.