Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan menjelang akhir pekan ini. Rupiah diperkirakan kembali menguat tersengat sentimen regional.
Mengutip Bloomberg, Jumat (26/4/2019), rupiah dibuka di angka 14.194 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.186 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.176 per dolar AS hingga 14.194 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,37 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbak Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.188 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.154 per dolar AS.
Kepala Riset Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pelemahan ini bisa terhenti karena adanya sentimen dari regional.
"Mata uang seperti dolar Singapura, yen Jepang menguat terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah," kata Lana dikutip dari Antara.
Sejak pagi ini, mata uang beberapa negara mulai menunjukkan perlawanan terhadap dolar AS. solar Singapura menguat 0,14 persen. Begitu juga Baht Thailand yang menguat 0,16 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terlalu Murah
Otoritas di Indonesia juga ditengarai tidak akan membiarkan rupiah melemah terlalu dalam. Sinyalemen itu tampak dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang pada Kamis kemarin menyebutkan nilai tukar rupiah saat ini masih dihargai terlalu murah (undervalued).
Pernyataan tersebut kerap diterjemahkan pelaku pasar sebagai terbukanya ruang penguatan rupiah dalam beberapa waktu ke depan.
Beberapa sentimen global yang akan mempengaruhi laju rupiah akhir pekan ini, di antaranya adalah menurunnya harga minyak mentah dunia. Minyak mentah jenis WTI dihargai 64,97 dolar AS per barel dan harga jenis Brent 74,35 dolar AS per barel.
Kemudian, pengumuman capaian Produk Domestik Bruto AS pada Jumat waktu setempat.
Sedangkan dari sisi domestik, Bank Sentral menyatakan akan meningkatkan kebijakan untuk melonggarkan likuiditas di pasar. Di antara kebijakan itu adalah Peningkatan ketersediaan likuiditas dan pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter serta meningkatkan sisi pasokan di pasar Non- Deliverable Forward (NDF) Domestik.
Advertisement
Selama April 2019, Rupiah Menguat 1,17 Persen
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan secara point to point sebesar 1,17 persen hingga 23 April 2019.
"Nilai tukar Rupiah pada 23 April 2019 tercatat menguat 1,17 persen secara point to pointdibandingkan dengan akhir Maret 2019 dan 0,58 persen secara rerata dibandingkan dengan rerata Maret 2019," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (25/4).
Bila dibandingkan dengan level 2018, nilai tukar rupiah juga menguat 2,17 persen secara point to point dan 0,80 persen secara rerata.
BACA JUGA
Perkembangan ini tidak terlepas dari perkembangan aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik, termasuk aliran masuk ke pasar saham yang berlanjut pada April 2019.
Bank Indonesia, lanjut Perry, memandang nilai tukar rupiah akan stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga baik. Hal ini sejalan prospek sektor eksternal yang membaik didorong prospek perekonomian domestik yang tetap positif dan ketidakpastian pasar keuangan yang berkurang.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," tandas dia.