BI Prediksi Inflasi April 0,35 Persen

Inflasi disebabkan oleh sejumlah bahan makanan seperti bawang putih, bawang merah dan harga cabai.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2019, 15:36 WIB
Seorang pedagang memasukan bumbu masak di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (3/1). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 3,61%. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi pada April 2019 diperkirakan 0,35 persen secara bulanan dan 2,74 persen secara tahunan. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan BI.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, inflasi disebabkan oleh sejumlah bahan makanan seperti bawang putih, bawang merah dan harga cabai. Meskipun demikian, pihaknya mencatat deflasi di komoditas beras.

"Ada sedikit kenaikan karena itu ada inflasi, tapi kita mencatat beras terjadi deflasi," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (26/4/2019).

Perry menuturkan, dengan terjaganya pasokan bahan makanan, inflasi 2019 diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun lalu. 

"Bahkan bisa mengarah ke 3,1 persen tentu saja ini memberikan faktor positif untuk ekonomi kita, daya beli masyarakat," ungkap dia.

Terkait konsumsi, BI optimistis konsumsi rumah tangga kuartal II masih di atas 5 persen. Penyaluran bantuan sosial merupakan faktor yang mendorong kenapa konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2019 akan tetap tinggi.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BI Antisipasi Dampak Tingginya Harga Tiket Pesawat ke Inflasi

Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengaku telah menyiapkan langkah antisipasi untuk membendung dampak dari tingginya harga tiket pesawat terhadap inflasi.

Perry menuturkan, tingginya harga tiket ini dikhawatirkan akan berdampak pada daya beli masyarakat, khususnya saat Ramadan dan Lebaran.

"Secara musiman memang jelang Ramadan dan Idul Fitri harga-harga tiket naik. Nanti akan dibahas langkah-langkah antisipasinya," kata dia seperti ditulis Rabu, 24 April 2019.

Untuk mengantisipasi lonjakan dari tingginya harga tiket pesawat, Perry meminta masyarakat untuk memesan tiket jauh-jauh hari. "Bagaimana antisipasinya, masyarakat pesan tiketnya jauh-jauh hari, seperti itu," imbuhnya.

Seperti diketahui, kenaikan harga tiket pesawat khususnya rute domestik sudah terjadi sejak awal Januari 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peningkatan harga tiket pesawat telah menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen pada inflasi Maret 2019.

 


Inflasi Maret 2019

Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat terjadi inflasi sebesar 0,11 persen pada Maret 2019. Angka ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan posisi pada Februari 2019 yang mengalami deflasi sebesar 0,08 persen.

"Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,11 persen. Dengan inflasi 0,11 persen ini, inflasi tahun kalender 0,35 persen. Secara tahunan sebesar 0,48 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Senin, 1 April 2019.

Suhariyanto mengatakan, dari 82 kota sebanyak 51 kota mengalami inflasi dan 31 kota mengalami deflasi. "Inflasi tertinggi terjadi di ambon karena adanya kenaikan tarif angkutan udara," jelas dia.

Suhariyanto melanjutkan, adapun penyebab inflasi pada Maret adalah kenaikan harga bawang merah, bawang putih dan tiket pesawat. Meski demikian, dari sektor bahan makan tidak memberi andil kepada inflasi.

"Komoditas yang memberi andil kepada inflasi, adalah bawang merah memberi andil 0,06 persen. Bawang putih terjadi kenaikan 0,04 persen dan beberapa sayuran dan cabe merah 0,01 persen," jelasnya.

"Jadi bahan makanan ini ada yang turun harganya tetapi ada yang naik seperti bawang merah dan bawang putih memberi andil kepada inflasi. Tapi secara total tidak memberi andil pada keseluruhan inflasi," sambungnya.

Pada Maret, kata Suhariyanto, beberapa bahan makanan mengalami penurunan harga. Hal ini yang kemudian menyeimbangkan kondisi inflasi.

"Penyebab inflasi dan deflasi bahan makanan, untuk bahan makanan 0,01 persen pada maret tidak memberi andil pada inflasi. Ada beberapa komoditas menjadi deflasi karena ada penurunan harga beras, ayam ras, ikan segar sebesar minus 0,05 persen," tandasnya.

Sebelumnya, Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia(BI) menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,14 persen secara month to month (mtm) di minggu terakhir bulan Maret 2019. Hal itu disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat ditemui di Masjid kompleks BI, Jakarta, Jumat (29/3).

"Berdasarkan pemantauan harga sampai dengan minggu IV, pada Maret 2019 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,14 persen (mtm)," kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya