Tiongkok Punya Rencana Bangun Markas di Bulan

Menurut laporan terbaru, Tiongkok memiliki rencana untuk membangun markas di Bulan dalam sepuluh tahun ke depan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Apr 2019, 11:00 WIB
Mitos gerhana bulan. (Ilustrasi: Bintang.com/Bambang E.Ros)

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali tahun ini, badan antariksa Tiongkok telah berhasil membuat sejumlah pencapaian penting, seperti berhasil menjelajah sisi terjauh Bulan sekaligus menjadi negara pertama yang melakukannya.

Selain itu, mereka juga telah meluncurkan rover untuk menyusuri permukaan Bulan dan berencana menanam tumbuhan di sana.

Meski sudah berhasil melakukan hal tersebut, Tiongkok dilaporkan memiliki rencana lain yang lebih besar.

Dikutip dari BGR, Sabtu (27/4/2019). rencana besar yang dimaksud adalah membangun markas di Bulan. Informasi ini pertama kali diketahui dari laporan Xinhua News Agency.

Dalam laporan itu, rencana Tiongkok untuk mendirikan markas pertama di Bulan, diungkap oleh Head of China National Space Administration, Zhang Kejiang.

Ketika itu, dia sedang menjadi pembicara dalam perayaan Hari Luar Angkasa Tiongkok.

Sebagai tindak lanjut rencana ini, Tiongkok disebut sudah berencana untuk meluncurkan Chang'e 5 yang bertugas mengumpulkan sampel bahan dan kembali di Bumi. Rencananya, misi ini akan berjalan pada akhir 2019.

Kendati demikian, rencana untuk membangun markas di Bulan masih belum diungkap secara jelas.

Tiongkok hanya menyebut akan membangun pusat penelitian di dekat kutub selatan Bulan, untuk membantu penjelajahan dan rencananya dalam waktu 10 tahun.

Selain Tiongkok, negara lain yang juga memiliki rencana membangun markas di Bulan adalah Amerika Serikat. NASA diketahui sudah berinvestasi membangun markas di Bulan untuk mengumpulkan sumber daya, termasuk memanen air dari permukaan satelit Bumi tersebut.


Eropa Mulai Menambang Permukaan Bulan pada 2025

Bulan, satelit alami Bumi (NASA)

Sebelumnya, Eropa juga dilaporkan berencana untuk menjalankan misi mandirinya terbang ke Bulan.

Badan Antariksa Eropa (ESA) mengungkap rencana misi tersebut dengan mengawali penambangan regolith alias batu Bulan.

Menurut informasi yang dilansir laman Geek pada Kamis (24/1/2019), ESA juga sudah menandatangani kontrak 12 bulan dengan perusahaan produsen roket, ArianeGroup, untuk meluncurkan pesawat luar angkasa tak berawak ke Bulan.

Pesawat luar angkasa ini dikabarkan akan diterbangkan ke Bulan mulai 2025.

"Regolith adalah kandungan bijih yang mampu mengekstrak air dan oksigen yang diperlukan manusia," ujar ArianeGroup.

Nanti, ArianeGroup akan menerbangkan roketnya, Ariane 64, untuk membawa peralatan dan rover ke Bulan.

"Eksplorasi sumber daya luar angkasa seperti Bulan adalah kunci kami untuk mencari apakah Bulan memang bisa dihuni. Misi inijuga merupakan rencana komprehensif ESA untuk membuat Eropa menjadi mitra eksplorasi antariksa global di dekade berikutnya," kata David Parker, direktur divisi Human and Robotic Exploration ESA.

Dalam misi ini juga, ArianeGroup bersama dengan Arianespace, akan bekerjasama dengan startup asal Jerman, PTScientists.

Mereka akan menyediakan beberapa wahana dan fasilitas untuk membantu eksplorasi penambangan di Bulan.


Jepang Gandeng NASA Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan

Ilustrasi: misi pendaratan ke bulan (sumber: space.com)

Badan Antariksa Jepang (JAXA) dikabarkan tengah memasuki tahap negosiasi kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk sebuah proyek pembangunan stasiun luar angkasa baru di Bulan.

Rencananya, pembangunan stasiun ditujukan untuk mengirim astronot Jepang dan Amerika Serikat ke permukaan Bulan.

Upaya kerja sama ini diklaim JAXA sebagai salah satu langkah Jepang untuk selangkah lebih maju dalam bidang antariksa. Karena itu, JAXA memilih NASA sebagai salah satu Badan Antariksa negara maju untuk mengembangkan proyek ini.

Sebelumnya, Rusia juga memutuskan untuk bekerja sama dengan NASA dalam membangun stasiun luar angkasa baru.

Tujuannya sama seperti Jepang, ingin memajukan industri antariksa di negaranya. Rencananya, stasiun luar angkasa milik Negeri Beruang Merah tersebut akan rampung pada 2020.

Rencana kemitraan JAXA dan NASA sendiri sudah tertuang dalam laporan pemerintah dan proposal soal peta jalan kebijakan luar angkasa pemerintah Jepang yang sudah direvisi. Proposal dikirimkan ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Pengetahuan, dan Teknologi Jepang.

Jika tak ada kendala, proyek pembangunan stasiun Bulan akan berjalan pada akhir 2017. Demikian dikutip Asia Nikkei pada Minggu (10/12/2017).

Belum banyak informasi yang bisa diungkap dari proyek pembangunan stasiun Bulan milik JAXA ini. Hanya diketahui, dana yang akan digelontorkan pemerintah Jepang untuk membangun stasiun tersebut tentu akan sangat besar.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya