Liputan6.com, Jakarta - Kasus bullying yang menimpa seorang siswi SMP di Pontianak beberapa pekan lalu adalah satu di antara deretan peristiwa perundungan di Indonesia. Berkaca dari kasus yang pernah ada, masalah serius ini sudah sepatutnya dicermati oleh banyak pihak.
Bullying masih menjadi momok menakutkan di kalangan siswa dan telah menelan banyak korban. Lantas, apa sebenarnya bullying itu? Apa pula yang ditimbulkan akibat tindakan tersebut?
"Bullying adalah perilaku kekerasan yang terjadi karena ada distribusi kekuasaan atau kekuatan yang tidak seimbang," jelas Kasandra Putranto, psikolog klinis kepada Liputan6.com, Kamis, 25 April 2019.
Baca Juga
Advertisement
Kasandra menambahkan bullying menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak senang, tertekan, terintimidasi, sakit, sedih, marah, terhina, dan lainnya. Bullying dapat melibatkan kekerasan fisik, verbal, non verbal, digital dan pelecehan.
Penyebab utama maraknya kasus bullying di kalangan siswa disoroti Kasandra karena sekolah tidak mempunyai sistem anti-bullying. Selain itu, anak-anak juga membawa kebiasaan dari luar sekolah sebagai bagian dari kebiasaan dan perilakunya.
"Pada dasarnya karena pelaku memiliki power dan memiliki keterbatasan dalam kecerdasan emosi, pengambilan perspektif, pengambilan keputusan dan kemampuan mengendalikan diri," tambahnya.
Sementara, perundungan dapat memberi beragam dampak kepada para korban. "Pengalaman emosional negatif yang besarnya berbeda-beda, tergantung daya tahan anak dan intensitas bullying yang dialami," kata Kasandra.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tips Menghindari Bullying
Bullying dapat terjadi melalui beragam media, salah satunya media sosial. Tak sedikit pula dari para siswa yang mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dan jadi korban perundungan di dunia maya.
Melihat fenomena tersebut, Kasandra pun menyampaikan tanggapannya. Menurutnya itu dapat menjadi wadah pelampiasan.
"Ketika anak memiliki profil psikologis yang khas bulliers dan mereka menemukan sarana yang mampu menjadi media penyaluran pelampiasan energi agresif mereka," ungkap Kasandra.
Melalui media apa pun, bullying telah menjadi masalah serius khususnya di kalangan siswa. Orangtua memiliki peran penting untuk memberikan dukungan kepada anak agar tak menjadi pelaku bullying.
"Menanamkan nilai-nilai kasih sayang sejak dini. Umumnya pelaku bullying adalah anak yang pernah mengalami bullying atau pembiaran di rumah," tambahnya.
Di sisi lain, beragam upaya memang perlu diterapkan jika menyoroti kasus bullying. Satu di antaranya adalah tips yang dapat dilakukan orangtua agar perundungan tidak terjadi pada buah hati.
"Menanamkan nilai-nila anti bullying di rumah, memilih sekolah yang memiliki komitmen tinggi untuk menolak bullying, mendampingi anak dan memiliki hubungan yang erat serta komunikasi untuk bisa melakukan deteksi dini, pencegahan dan penanganan terhadap bullying," tutup Kasandra.
Advertisement