Dianggap Pemimpin Geng, Saudara Presiden Aljazair Jadi Target Massa Demo

Memasuki pekan ke-10 demo, warga menuntut agar saudara mantan presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika diadili ke pengadilan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2019, 15:49 WIB
Demonstrasi di Aljazair, tuntut Presiden Abdelaziz Bouteflika yang telah berkuasa selama 20 tahun untuk mundur (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Aljir - Rakyat Aljazair berkumpul mengikuti protes menentang penguasa di negara itu. Pada protes yang telah memasuki pekan ke-10 ini, mereka menuntut agar saudara mantan presiden Abdelaziz Bouteflika diadili ke pengadilan.

Menurut pemberitaan VOA Indonesia yang dikutip Sabtu (27/4/2019), protes pada Jumat 26 April 2019 waktu setempat menarget Said Bouteflika, saudara presiden Aljazair selama dua dekade, Abdelaziz.

Aksi protes besar-besaran yang terjadi sebelumnya memaksa Abdelaziz mengundurkan diri, bukannya berupaya menduduki masa jabatan kelima.

Pemilihan presiden telah ditetapkan pada 4 Juli mendatang untuk memilih pengganti Bouteflika, tetapi para demonstran menginginkan seluruh anggota pemerintahannya meninggalkan kekuasaan mereka.

Said Bouteflika secara khusus menjadi fokus kemarahan demonstran Aljazair. Pada hari Jumat, para demonstran menuduh Said sebagai “pemimpin geng.”

Tiga bersaudara yang kaya raya yang diduga dekat dengan Said ditahan untuk diinterogasi pekan ini, dalam penyelidikan yang dimaksudkan untuk menanggapi tuntutan agar korupsi yang meluas diberantas. 


Berangus Hingga Kroni Bouteflika

Presiden Aljazair, Abdelaziz Bouteflika. (AP)

Bagaimanapun, tuntutan rakyat Aljazair yang tergabung dalam demonstrasi adalah untuk menghentikan kekuasaan Bouteflika dan kroni elitenya.

Dalam sebuah protes di Aljir, salah satu demonstran yang bernama Ali, mengatakan: "Kami hanya memiliki satu kata untuk disampaikan hari ini, semua geng harus segera pergi, pertandingan berakhir."

Sebagian rakyat awalnya memang merasa bahagia atas pengumuman menyerahnya Bouteflika dan dimulainya pemerintahan sementara. Hal itu mengingat satu-satunya presiden yang selamat dari fenomena Arab Spring 2010 lalu, akhirnya berhasil ditumbangkan.

Namun, sebagian besar yang lain melihat langkah itu secara sinis. Mereka beranggapan bahwa Bouteflika berniat memperpanjang kembali kekuasaannya yang akan berakhir pada 28 April.

Jika dugaan sinis tersebut benar, langkah Bouteflika mendapatkan rintangan. Pasalnya, bukan hanya rakyat, namun eksekutif partai Front Pembebasan Nasional (FLN) dan sekutu dekatnya telah menjauh sejak beberapa pekan terakhir.

Bahkan awal pekan ini, kepala militer Letnan Jenderal Ahmed Gaid Salah juga menyerukan penerapan konstitusi negara Pasal 102 yang dapat menurunkan presiden karena kesehatannya yang buruk. Pengumuman itu diberikan pada Selasa pekan lalu, dalam pidato yang disiarkan televisi.

"Kita harus mengadopsi sebuah solusi yang membantu kita keluar dari krisis ini ... solusi yang menghormati dan mematuhi konstitusi, sehingga memenuhi tuntutan semua pihak," kata Salah. Ia juga mengatakan bahwa jabatan presiden harus dikosongkan.

Konflik politik di Aljazair ini telah menarik perhatian komunitas internasional. Dalam sebuah konferensi tingkat tinggi Liga Arab, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan transisi pemerintahan yang demokratis dan damai di Aljazair. 


Tuntut Revolusi

Warga Aljazair merayakan pengumuman pengunduran diri Presiden Abdelaziz Bouteflika yang telah berkuasa selama 20 tahun (AFP Photo)

Tersingkirnya Bouteflika dari kursi kepresidenan pasca-20 tahun menjabat, tidak serta merta memuaskan rakyat Aljazair. Ribuan warga kembali protes pada Jumat, 5 April 2019 menuntut revolusi.

Pada dasarnya, mereka mengingkan kroni Bouteflika pergi dari kendali pemerintahan, serta militer yang netral dari politik.

Kroni yang dimaksud adalah sekutu Bouteflika seperti anggota parlemen, kerabat, dan eksekutif bisnis yang disebut sebagai "le pouvoir".

"Orang-orang ingin mereka semua keluar," teriak para demonstran, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Sabtu 6 April 2019. Aksi protes itu diikuti oleh warga Aljazair dari berbagai lapisan masyarakat, tua dan muda, kaya dan miskin; yang bergerak di sepanjang jalan-jalan utama dengan polisi huru-hara bersiaga penuh.

Tampak poster diri para kroni Bouteflika dipajang, dengan kalimat seperti "Anda akan diadili."

Sebagaimana diketahui, konstitusi menyatakan Abdelkader Bensalah, ketua majelis tinggi untuk menjadi pemimpin sementara pasca-turunnya Bouteflika. Padahal, Bensalah termasuk dalam sekutu utama sang mantan presiden Aljazair.

Tidak hanya Bensalah, dalam pemerintahan juga terdapat Said Bouteflika, saudara presiden serta Ali Hadad yang merupakan pebisnis dan sekutu dekat.

Dalam demonstrasi Jumat, tampak demonstran membawa patung serta poster diri Said dan Ali. Patung-patung itu diberikan jerat di leher mereka.

Massa aksi melakukannya sebagai simbol menuntut keadilan dan kebebasan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya