Program Tol Laut Hanya Dinikmati Para Pedagang

Penurunan biaya logistik hanya dinikmati oleh para pedagang dan tidak berdampak pada penurunan harga.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2019, 19:30 WIB
Petugas berjaga didekat KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut logistik Natuna di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (25/10). Tol Laut tersebut bertujuan menekan disparitas harga di Natuna. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak diluncurkan hingga saat ini, program tol laut ternyata belum bisa memberikan dampak signifikan pada penurunan harga barang. Program tol laut dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) empat tahun lalu.

Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, biaya atau ongkos angkutan yang menjalankan program tol laut sudah dapat ditekan, karena diberikan subsidi.

"Kenapa? Memang ongkos turun karena angkutan disubsidi, angkutan tol (laut) ini, Rp 30 miliar per bulan," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu (27/4/2019).

Namun, penurunan ongkos tersebut hanya dinikmati oleh para pedagang dan tidak berdampak pada penurunan harga. Dengan demikian disparitas harga antara satu wilayah dengan wilayah lain masih terjadi.

"Tapi penurunan ongkos tidak menurunkan harga barang. Karena penurunan ongkos dinikmati oleh pedagang karena pedagang terbatas," ujar dia.

Dia bahkan pernah berdiskusi dengan Menteri Perhubungan terkait masalah tersebut. "Disparitas harga masih sangat tinggi di antardaerah, antarpulau. Pemerintah mengatakan turun karena tol laut. Ya barangkali turun, tapi saya diundang Pak Budi Karya ke kantor, minta tolong, tolong dikaji kok tol laut tidak turunkan harga," tandasnya.

Penyebab Tingginya Biaya Angkut

Faisal juga menyinggung persoalan tingginya ongkos angkut kapal di Indonesia. Menurut dia salah satu penyebabnya adalah kondisi pelabuhan di Indonesia. "Salah satu yang menentukan ongkos angkut itu adalah kondisi pelabuhan," kata dia.

Sebagai contoh dia menjelaskan biaya angkut per kontainer di Indonesia untuk rute Jakarta-Medan mencapai sekitar USD 800-an. Ini lebih mahal dibandingkan biaya angkut dari Guangzhou-Medan.

"Guangzhou-Medan USD 600. Jadi lebih murah Guangzhou-Medan daripada Jakarta-Medan," ujarnya

Dia mengatakan hal tersebut dikarenakan sebagian besar pelabuhan di Indonesia dangkal dengan kedalaman rata-rata 6 meter. "Sebagian besar pelabuhan di Indonesia itu dangkal. Sekitar 6 meter saja. Tanjung Priok 14 meter, itu New Priok ya. Priok lama masih 9 meter," jelas dia.

Hal ini menyebabkan pelabuhan tersebut tidak dapat disandari oleh kapal-kapal besar. "Akibatnya tidak bisa dirapati oleh kapal besar. Akibatnya kapal angkut relatif kecil menyebabkan ongkosnya naik per kontainer," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Strategi Kemenhub Optimalkan Keberadaan Tol Laut

Petugas bersiaga sebelum keberangkatan KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (25/10). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus berupaya meningkatkan efektivitas program tol laut untuk mendorong konektivitas dan menekan disparitas harga di wilayah timur Indonesia.
 
Keberadaan Tol Laut hingga saat ini mampu menekan disparitas harga 15-20 persen. Namun, masih ada masalah dalam pelaksanaan terkait muatan balik. Kementerian/Lembaga lain pun diminta ikut memaksimalkan kehadiran Tol Laut. 
"Untuk itulah, saya juga mendorong pihak terkait seperti Perdagangan, Pertanian, Pelni, Djakarta Lloyd, Pelindo I hingga IV untuk berperan aktif dalam mengoptimalkan muatan balik Tol Laut," ujar dia melalui keterangan resmi, Selasa (5/2/2019).
 
Dia memastikan jika pemerintah berupaya mendorong program tol laut bukan hanya port to port(dari pelabuhan ke pelabuhan), tapi sampai end to end (langsung sampai ke konsumen). Sehingga diharapkan masyarakat di daerah yang dilewati Tol Laut benar-benar merasakan harga yang terjangkau.  
 
Demi mewujudkan harapan itu, ia mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan strategi peningkatan handling petikemas. Diantaranya menyiapkan teknologi informasi atau digitalisasi dalam mendukung proses pengangkutan laut untuk mewujudkan penyelenggaraan angkutan laut yang efektif dan transparan.
 
"Misalnya nanti akan ada sistem Dashboard digital yang dikembangkan untuk menawarkan produk, misalnya beras, ke beberapa titik sehingga para pedagang kecil bisa langsung membeli dan memasarkan. Begitu juga ikan misalnya dapat langsung dibeli oleh konsumen sehingga nelayan langsung memperoleh manfaat harga dan mempersingkat rantai bisnis," urainya.

Kerja Sama

Pengiriman perdana tiga ton beras yang diangkut kapal Tol Laut yaitu KM Logistik Nusantara II (Foto: Dok Kementerian Perhubungan)
Adapun beberapa instansi menyampaikan, telah merasakan manfaat berbagai program yang dibuat untuk mendukung Tol Laut. Seperti Kementerian Pertanian, yang mengakui penyediaan kapal khusus ternak KM Camara Nusantara telah menjaga animal walfare yang membuat kualitas daging ternak terjamin. 
 
Pada Senin (4/2/2019) di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kementerian Perhubungan juga melaksanakan beberapa penandatanganan dengan sejumlah pihak untuk mendukung Tol Laut. Diantaranya, penandatanganan MOU meringankan tarif jasa pelabuhan antara Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub dengan Pelindo I-IV.
 
Selain itu, ada pula penandatanganan  penyerahan pengoperasian kapal Logistik Kendhaga Nusantara 3 dari Ditjen Hubla Kemenhub kepada PT Djakarta Lloyd. Serta penandatanganan penyerahan pengoperasian kapal perintis KM Sabuk Nusantara 92 dari Ditjen Hubla Kemenhub kepada PT Pelni.
 
Dalam kesempatan tersebut, turut diteken Deklarasi Doloronda yang berisi komitmen seluruh stakholder untuk mendukung optimalisasi program Tol Laut. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya