Liputan6.com, Jakarta - Sejak diluncurkan hingga saat ini, program tol laut ternyata belum bisa memberikan dampak signifikan pada penurunan harga barang. Program tol laut dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) empat tahun lalu.
Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, biaya atau ongkos angkutan yang menjalankan program tol laut sudah dapat ditekan, karena diberikan subsidi.
"Kenapa? Memang ongkos turun karena angkutan disubsidi, angkutan tol (laut) ini, Rp 30 miliar per bulan," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu (27/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Namun, penurunan ongkos tersebut hanya dinikmati oleh para pedagang dan tidak berdampak pada penurunan harga. Dengan demikian disparitas harga antara satu wilayah dengan wilayah lain masih terjadi.
"Tapi penurunan ongkos tidak menurunkan harga barang. Karena penurunan ongkos dinikmati oleh pedagang karena pedagang terbatas," ujar dia.
Dia bahkan pernah berdiskusi dengan Menteri Perhubungan terkait masalah tersebut. "Disparitas harga masih sangat tinggi di antardaerah, antarpulau. Pemerintah mengatakan turun karena tol laut. Ya barangkali turun, tapi saya diundang Pak Budi Karya ke kantor, minta tolong, tolong dikaji kok tol laut tidak turunkan harga," tandasnya.
Penyebab Tingginya Biaya Angkut
Faisal juga menyinggung persoalan tingginya ongkos angkut kapal di Indonesia. Menurut dia salah satu penyebabnya adalah kondisi pelabuhan di Indonesia. "Salah satu yang menentukan ongkos angkut itu adalah kondisi pelabuhan," kata dia.
Sebagai contoh dia menjelaskan biaya angkut per kontainer di Indonesia untuk rute Jakarta-Medan mencapai sekitar USD 800-an. Ini lebih mahal dibandingkan biaya angkut dari Guangzhou-Medan.
"Guangzhou-Medan USD 600. Jadi lebih murah Guangzhou-Medan daripada Jakarta-Medan," ujarnya
Dia mengatakan hal tersebut dikarenakan sebagian besar pelabuhan di Indonesia dangkal dengan kedalaman rata-rata 6 meter. "Sebagian besar pelabuhan di Indonesia itu dangkal. Sekitar 6 meter saja. Tanjung Priok 14 meter, itu New Priok ya. Priok lama masih 9 meter," jelas dia.
Hal ini menyebabkan pelabuhan tersebut tidak dapat disandari oleh kapal-kapal besar. "Akibatnya tidak bisa dirapati oleh kapal besar. Akibatnya kapal angkut relatif kecil menyebabkan ongkosnya naik per kontainer," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Strategi Kemenhub Optimalkan Keberadaan Tol Laut
Advertisement