Hasil Quick Count Vs Real Count KPU di Bengkulu Beda, 4 Lembaga Survei Bersuara

Hasil real count KPU di Bengkulu ini berbeda dengan quick count sejumlah lembaga survei. Apa jawaban para lembaga survei?

oleh Maria Flora diperbarui 28 Apr 2019, 06:36 WIB
Banner Jokowi Vs Prabowo (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Provinsi Bengkulu telah mencapai 100 persen. Hasilnya, perolehan suara Joko Widodo-Ma'ruf Amin di bawah Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Tercatat dari 6.165 TPS, perolehan suara yang masuk sudah berjumlah 6.165, pada Sabtu (27/4/2019), pukul 17.00 WIB.

Prabowo-Sandi berhasil memperoleh 50,13 persen, dengan total perolehan suara sebesar 585.521 suara. Sementara, Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan 49,87 persen atau 582.564 suara.

Hasil real count KPU di Bengkulu ini berbeda dengan quick count sejumlah lembaga survei. Politikus PKS Hidayat Nur Wahid pun mempertanyakan perbedaan hasil quick count vs real count KPU di Bengkulu itu.

Apa jawaban para lembaga survei?

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Charta Politika

Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Atas perbedaan hasil quick count vs real count KPU di Bengkulu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengomentari cuitan Hidayat Nur Wahid.

Ini cuitan Hidayat Nur Wahid di akun Twitter @hnurwahid:

"Kemenangan Prabowo-Sandi versi Real Count KPU di Bengkulu"

"Capres 02 : 50,12%, dan capres 01 : 49.88%)."

"Itu Berbeda Prinsip&Angka Yg Jauh dengan Perolehan Quick Count olh Lembaga2Survei : Capres 01 menang dg 58,78%, capres 02 hanya diberi : 41,22%. Jadi? tanya Hidayat Nur Wahid.

Balasan Yunarto, dia meminta Hidayat Nur Wahid membaca lengkap soal margin of error per provinsi.

 

"Kalo baca lengkap penjelasan margin of error per provinsi disertai tingkat signifikansi harusnya gak akan ambil kesimpulan kaya gini," katanya.


Indikator Politik

banner grafis elektabilitas Jokowi Vs Prabowo (Liputan6.com/Abdillah)

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan perbedaan hasil quick count dengan real count karena sampel yang dipakai indikator sedikit hingga membuat margin erornya (MoE) cukup besar, yakni 7,32 persen.

"Media seharusnya memberitakan secara lengkap. @indikatorcoid melaporkan margin of error per provinsi. Di Bengkulu misalnya, karena sampel sedikit, MoE +- 7,32%. Dgn prediksi 01 sekitar 52% vs 47% buat 02, jelas kami sebut di situ bahwa selisih antara keduanya tidak signifikan," ungkap Burhan.

Dia menduga MoE sebesar 1 persen yang dipatok berlaku untuk tingkat nasional.

 

"Ketika dibreakdown per provinsi, seharusnya MoE lebih besar dari 1%. @indikatorcoid misalnya menetapkan MoE +-7,32% di Bengkulu karena sampelnya sedikit," tulisnya.

Muhtadi lebih lanjut menjelaskan soal Estimasi MoE. Dia menyebut estimasi MoE tergantung variance. Jika semakin dekat ke 50:50, variance akan semakin besar. Dia mencontohkan Bengkulu dan Kepri.

 

"Secara umum Bengkulu & Kepri seolah mirip mendekati fifty2, tapi MoE Bengkulu lebih besar. Artinya antar 01 vs 02 relatif lebih mendekati fifty2 di seluruh sampel di Bengkulu dibanding di Kepri."


Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) bersalaman usai debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Perbedaan atas hasil quick count dengan real count KPU di Bengkulu juga membuat pendiri SMRC angkat bicara.

Menurut Saiful Mujani, pada dasarnya quick count untuk prediksi hasil nasional. Bila dilihat dari provinsi, maka tergantung jumlah pemilih di provinsi itu.

Bengkulu, lanjut Mujani merupakan provinsi dengan jumlah pemilih relatif kecil. Sehingga kuota sampelnya juga kecil dan tidak bisa dibaca siapa yang menang bila selisihnya tipis.

Namun, karena sampel quick count SMRC lebih besar dari lembaga survei lain, sehingga kuota untuk Bengkulu sampelnya lebih besar. Hingga hasilnya cukup sepola dengan hasil 100 persen KPU di bengkulu.  

 


Poltracking

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1/2015). Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, analis Politik Poltracking Institute, Agung Baskoro mengungkap, bahwa hasil quick count nasional ketika ditelusuri ke provinsi, margin erornya sudah berbeda. Terutama untuk provinsi-provinsi populasi kecil. 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya