Menkominfo: Ada 1.645 Hoaks Terkait Capres dan Pemilu 2019

Jumlah hoaks yang diidentifikasi, terutama yang berkaitan dengan Pemilu 2019 meningkat signifikan setiap bulannya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Apr 2019, 10:58 WIB
Menkominfo Rudiantara memberi penjelasan saat diskusi FMB 9 bertajuk 'Investasi Unicorn untuk Siapa?' di Jakarta, Selasa (26/2). FMB 9 ini membahas potret e-commerce dan start-up Indonesia di masa depan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran hoaks dan misinformasi meningkat tajam sepanjang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, termasuk ketika Pemilu telah berlangsung.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat, sepanjang Agustus 2018 hingga 25 April 2019 teridentifikasi ada 1.645 konten hoaks.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, "Ada 1.645 hoaks yang kami klasifikasi, identifikasi, dan validasi dari Agustus tahun lalu."

Lebih lanjut, pria yang karib disapa Chief RA ini mengatakan, jumlah hoaks yang diidentifikasi, terutama yang berkaitan dengan Pemilu 2019 meningkat signifikan setiap bulannya.

Berdasarkan data Kemkominfo, pada Agustus 2018, mereka berhasil mengidentifikasi 25 hoaks.

Kemudian pada Desember 2018, jumlah hoaks yang diidentifikasi meningkat tiga kali lipat menjadi 75 hoaks.

Sementara, pada Januari 2019, jumlah hoaks yang teidentifikasi meningkat jadi 175 hoaks. Jumlah tersebut naik drastis menjadi 353 hoaks pada Februari 2019.

Kemudian, pada Maret 2019 teridentifikasi sebanyak 453 hoaks dan per 25 April 2019 ditemukan 421 hoaks.

"Kalau hoaks bertambah banyak, artinya kita ini betul-betul hidup di era yang kurang etis, kurang beradab (hanya karena hoaks)," katanya.


Hoaks Terkait Capres

Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Rudiantara menyebut hoaks terkait Capres-Cawapres, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto telah berhasil ditemukan oleh Kemkominfo sejak Agustus 2018.

"Terakhir bulan April meningkat, padahal udah lewat hari pencoblosan, tapi hoaks masih saja terjadi, lebih kepada Capresnya," tutur dia.

Rudiantara mengatakan, motif hoaks yang dilakukan kepada kedua capres berbeda-beda. Momentumnya lebih dikaitkan dengan jiwa kepemimpinan. Sementara, hoaks yang ditujukan pada Cawapres Ma'ruf Amin maupun Sandiaga Uno nyaris nihil.

"Pokoknya dibikin hoaks, dibuat seolah-olah jelek bahwa tidak layak dipilih, kurang lebih kayak gitu," ujarnya.


Imbau Tak Sebar Hoaks

Menkominfo Rudiantara, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Abhan Misbah dan Ketua KPU Arief Budiman saat menghadiri acara Deklarasi Internet Bebas Hoax dalam Pilkada 2018 di Kantor Bawaslu, Jakarta, Rabu (31/1). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rudiantara mengimbau agar jelang penghitungan suara dan pengumuman resmi KPU pada 22 Mei mendatang, masyarakat tak lagi menyebarkan hoaks.

"Saya berharap sebetulnya setelah Pilpres jumlah hoaks menurun, namun perkiraan saya justru bulan April lebih tinggi. Sudahlah, bulan April ini terakhir perang hoaks, kepada semua siapapun. Karena tidak bagus," kata Rudiantara.

(Tin/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya