Norman Borlaug, Agronom yang Selamatkan Miliaran Orang dari Kelaparan

Siapa Norman Borlaug? Ilmuwan yang telah menyelamatkan nyawa 1 miliar orang dari kelaparan.

oleh Afra Augesti diperbarui 29 Apr 2019, 16:04 WIB
Inilah Norman Borlaug, agronom yang telah menyelamatkan nyawa 1 miliar orang dari kelaparan. (Public Domain)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian besar orang di Bumi ini, mungkin banyak yang masih awam ketika mendengar nama Norman Borlaug, sosok di balik penyelamat miliaran penduduk dunia dari kelaparan.

Atas kontribusinya terhadap sains dan tujuan kemanusiaan yang dibantunya, Borlaug dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1970.

Lalu, siapa sebenarnya Borlaug?

Norman Borlaug dibesarkan dalam keluarga imigran Norwegia di Amerika Serikat. Ia dilahirkan pada 25 Maret 1914 di Cresco, Iowa, hanya beberapa bulan sebelum Perang Dunia I meletus.

Pada tahun 1942, Borlaug memperoleh gelar Ph.D. jurusan patologi tanaman di University of Minnesota, di mana dia mengenyam bangku kuliah. Di kampus ini, penelitiannya untuk memberangus kelaparan bermula dan menghasilkan dampak positif bagi masyarakat luas.

Setelah menyelesaikan studinya, Borlaug untuk sementara waktu dipekerjakan sebagai karyawan kontrak oleh DuPont Company di AS, tetapi ia menerima jabatan baru dengan cepat, yaitu menjadi peneliti utama dalam program ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan varietas gandum di Meksiko.

Sejak tahun 1944 hingga 1960, Borlaug bekerja di negara tersebut. Di sana, dia mengembangkan varietas gandum yang tahan terhadap hama dan mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih baik.

Salah satu momen terpenting dalam penelitian Borlaug dijuluki "epiphany", yang berarti bahwa varietas gandum yang lebih tinggi sering tidak membuahkan hasil bagus karena ada tekanan di bagian kepala.

Dengan kata lain, gandum dengan batang yang panjang tidak dapat menopang bobot tubuhnya sendiri.

Saat itulah Borlaug merekayasa varietas gandum kerdilnya, yang kemudian disebut "Green Revolution" atau "Revolusi Hijau".

"Di laboratorium penelitian di Campo Atizapan, ia mengembangkan galur gandum pendek yang secara dramatis meningkatkan hasil panen. Sebelumnya, varietas gandum yang lebih tinggi akan mati lantaran menopang kepala yang berat, jika produksi ditingkatkan oleh pupuk kimia," tulis Britannica.com yang dikutip dari The Vintage, Senin (29/4/2019).

"Gandum batang pendek Borlaug dapat menahan peningkatan berat kepala yang dibuahi dan merupakan elemen kunci dalam Revolusi Hijau di negara-negara berkembang," lanjut situs web tersebut.


Riset pada Padi

Ilustrasi padi (iStock)

Sebagaimana metode Borlaug mendefinisikan pemuliaan tanaman kontemporer, varietas gandum baru yang ia ciptakan sudah mulai disebarluaskan ke seluruh dunia. Selain gandum, Borlaug juga membantu meningkatkan varietas padi.

Varietas baru diklaim sukses ditumbuhkan di daerah yang sangat berbeda dan pada iklim yang kering, termasuk Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Pakistan, dan India. Beberapa wilayah ini bahkan mengalami kekurangan pangan dan kelaparan.

India menjadi salah satu contoh di mana tingkat produksi pangan mengalahkan laju pertumbuhan penduduk begitu Revolusi Hijau dimulai di sana.

Negara di Asia Selatan ini tidak hanya menjadi mandiri dalam memproduksi pangan, tetapi akhirnya berhasil memulai ekspor.


Efek Negatif

Ilustrasi gandum utuh. (iStockphoto)

Namun di satu sisi, ada pula kerugian yang didatangkan dari Revolusi Hijau, sebagian besar menyangkut penyalahgunaan pestisida dan pupuk.

Sulit untuk menyebutkan angkanya, tetapi sebagian besar perkiraan mengatakan "lebih dari satu miliar", orang telah diselamatkan dari kelaparan berkat inovasi Borlaug.

Oleh sebab usahanya tersebut, Borlaug mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. Dia juga diberikan penghargaan berupa Presidential Medal of Freedom pada tahun 1977 dan National Medal of Science pada 2004.

Lalu pada tahun 1986, Borlaug memprakarsai World Food Prize atau Hadiah Pangan Dunia untuk menghormati mereka yang telah membantu meningkatkan kuantitas dan akses ke pasokan makanan global.

Hingga ia tutup usia pada 12 September 2009, Borlaug telah mengabdikan hidupnya dengan bekerja sebagai profesor di Texas A&M University.

The Norman Bolaug Institute untuk Pertanian Internasional telah didirikan sebagai bagian dari universitas itu.

Saat ini, populasi dunia berjumlah 7,53 miliar orang per 2017 (data Bank Dunia). Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah sensus sejak pertama kali Borlaug memulai penelitiannya pada gandum dan varietas padi.

Kendati demikian, memberantas kelaparan dunia masih menjadi salah satu tantangan utama yang harus dihadapi masyarakat global hingga saat ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya