Prancis Klaim Gagalkan Aksi Terorisme, 4 Orang Ditahan

Menteri dalam negeri Prancis mengklaim berhasil menggagalkan serangan terorisme dengan meringkus 4 tersangka.

oleh Siti Khotimah diperbarui 29 Apr 2019, 19:23 WIB
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Paris - Prancis mengklaim telah menggagalkan tindakan terorisme, dan berhasil menahan empat tersangka. Informasi tersebut diberikan oleh menteri dalam negeri Prancis dan sumber kepolisian.

Sumber kepolisian mengatakan keempat tersangka telah diringkus karena dicurigai memperoleh senjata "dengan tujuan untuk melakukan tindakan terorisme," seperti dikutip dari The Straits Times pada Senin (29/4/2019).

"Kami memiliki bukti yang cukup untuk membuat kami yakin bahwa serangan besar (terorisme) tengah direncanakan," kata Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner kepada wartawan.

Hingga berita ini turun, penyelidikan atas kasus tersebut masih terus dilakukan oleh kepolisian Prancis.


Penembakan di Hari yang Sama

Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Sementara itu, di hari yang sama terjadi penembakan di jalan raya di West Baltimore, Negara Bagian Maryland, Amerika Serikat. Serangan dilakukan pada Minggu sore waktu setempat.

Akibat penembakan tersebut, sebanyak satu orang tewas dengan enam lainnya luka-luka, menurut Komisioner Kepolisian Baltimore Michael Harrison, mengutip The Straits Times.

Dalam penyerangan, tampak seorang pria mendekat ke sebuah persimpangan di mana dua acara masak tengah berlangsung. Ia mulai menembak tanpa pandang bulu ke kerumunan.

Harrison mengira pria bersenjata itu menargetkan satu atau lebih orang di kerumunan.

Saat ini, kepolisian tengah menyelidiki kasus penembakan ini, termasuk meminta tolong kepada publik untuk membantu mengidentifikasi pelaku penembakan.

"Kami tahu banyak orang di sini," kata Harrison. "Hanya dengan bantuan komunitaslah kami dapat mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab."

Bernard Young, seorang penjabat Wali Kota turut memohon bantuan warganya.

"Seseorang tahu sesuatu," katanya Young.

Adapun korban dalam penembakan itu termasuk pria dan wanita.

Satu korban tewas, dengan jenis kelamin yang tidak disebutkan, sempat berlari ke belakang sebuah gereja terdekat kemudian pingsan, kata Harrison dalam sebuah konferensi pers. Namun penembakan itu tidak menyasar gereja.

Insiden ini terjadi hanya satu hari setelah adanya penembakan di sebuah sinagog di San Digo, California yang menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya.


Penembakan di Sinagog California

Penembakan sinagog di California (AP / Denis Poroy)

Satu hari sebelum kejadian penembakan di Baltimore, sebuah sinagog --tempat ibadah umat Yahudi-- di California diserang oleh pria bersenjata. Dalam kejadian itu, satu orang tewas dengan tiga lainnya luka-luka.

Sinagog Chabad of Poway diserang saat melaksanakan ibadah Hari Raya Passover. Otoritas setempat berhasil mengidentifikasi terduga pelaku sebagai John Earnest (19), pria kulit putih yang menggunakan senjata gaya AR-15 dikutip dari The Straits Times.

Saat melakukan penembakan di sinagog, Earnest berteriak bahwa orang-orang Yahudi menghancurkan dunia. Pihak berwenang telah menyebut serangan sebagai kejahatan rasial.

Kronologi

Departemen Sheriff San Diego mendapatkan laporan tentang penembakan di sinagog sebelum pukul 11.30 pagi. Sheriff Poway kemudian mengonfirmasi penembakan melalui Twitter, setelah para deputi dipanggil ke tempat kejadian dengan adanya "pria berpistol".

Dalam sebuah konferensi pers Sabtu sore, Wali Kota Poway, Steve Vaus dan Sheriff San Diego, Bill Gore membenarkan bahwa empat orang menjadi korban dan telah dibawa ke Pusat Medis Palomar oleh saksi mata sekitar pukul 12 siang.

Vaus menambahkan, seorang wanita dewasa dari keempat korban tembakan tak tertolong. Sementara ketiga lainnya dalam kondisi stabil.

Salah satu korban luka adalah Rabi Yisroel Goldstein. Goldstein disebut oleh salah satu jemaatnya tidak meninggalkan sinagog, justru ia mencoba menenangkan yang lain.

Saat itu, semua orang yang berada di sinagog menangis dan menjerit, menurut Anvari yang suaminya telah berada di dalam tempat ibadah saat serangan dimulai.

Sinagog tidak dijaga pada saat kejadian, menurut pejabat setempat. Adapun jemaat terdiri atas 40 hingga 60 orang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya