Orang Dekat Pangeran MBS Absen Sidang Pembunuhan Jamal Khashoggi

Mantan penasihat Kerajaan Arab Saudi, Saud al-Qahtani, tidak hadir dalam persidangan terkait dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Apr 2019, 13:09 WIB
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Liputan6.com, Riyadh - Mantan penasihat Kerajaan Arab Saudi, Saud al-Qahtani, tidak hadir sebagai terdakwa dalam persidangan terkait dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Akhir pekan lalu, pengadilan di Arab Saudi dikabarkan menggelar persidangan tertutup terhadap total 11 terdakwa pembunuhan Khashoggi. Namun Saud al-Qahtani tidak ada di antara mereka, beberapa sumber mengatakan kepada kantor berita AFP, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (30/4/2019).

Sementara menurut laporan pejabat, wakil kepala intelijen Ahmed al-Asiri --salah satu pejabat tinggi Saudi lain yang turut menjadi terdakwa-- hadir dalam persidangan akhir pekan lalu.

Dan, hanya al-Asiri, terdakwa dari kalangan pejabat tinggi Saudi yang konsisten muncul dalam lima sidang pengadilan sejak Januari 2019, menurut empat pejabat negara Barat yang mengetahui informasi tersebut.

"Qahtani tidak termasuk di antara 11 terdakwa yang menghadapi persidangan," kata salah satu pejabat Barat mengatakan kepada AFP.

"Apa artinya ketidakhadirannya? Apakah Saudi ingin melindunginya atau mendisiplinkannya secara terpisah? Tidak ada yang tahu."

Jaksa penuntut Saudi telah mengatakan bahwa al-Asiri mengawasi pembunuhan kolumnis the Washington Post di konsulat Istanbul pada 2 Oktober 2018 lalu dan bahwa ia menerima saran dari al-Qahtani --yang kala itu menjabat sebagai penasihat kerajaan bidang media dan komunikasi.

Keduanya juga dikategorikan sebagai bagian dari lingkaran orang-orang terdekat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Baik al-Qahtani dan al-Asiri secara resmi dipecat usai pembunuhan tersebut.

Mereka kemudian masuk dalam daftar 11 orang yang didakwa oleh jaksa agung Saudi pada November 2018 atas tuduhan keterkaitan dengan pembunuhan Jamal Khashoggi.

Lima di antaranya bisa menghadapi hukuman mati atas pembunuhan tersebut.

Mereka antara lain: Maher Mutreb, seorang agen intelijen yang sering bepergian dengan putra mahkota pada setiap lawatan ke luar negeri; pakar forensik Salah al-Tubaigy dan Fahad al-Balawi; dan seorang anggota pengawal kerajaan Saudi.

Dizinkan Mendapat Bantuan Hukum

Semua terdakwa diizinkan untuk mendapat bantuan hukum.

Banyak dari para terdakwa membela diri di pengadilan dengan mengatakan bahwa mereka hanya melaksanakan perintah dari al-Asiri, menggambarkan dia sebagai "biang keladi" operasi, menurut para pejabat.

Meski begitu, al-Asiri tidak dihadapkan dengan ancaman hukuman mati.

Hingga saat ini, persidangan Jamal Khashoggi masih bergulir dan belum jelas kapan itu akan berakhir.

Para diplomat dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB; AS, Inggris, Prancis, China, dan Rusia; serta Turki diizinkan hadir sebagai pengamat dari proses hukum yang sepenuhnya dilakukan dalam Bahasa Arab.

Mereka tidak diizinkan membawa juru bahasa dan biasanya dipanggil dalam waktu singkat, kata sumber itu.


Al-Qahtani Menghilang?

Anggota asosiasi wartawan Turki-Arab memegang poster dengan foto-foto Jamal Khashoggi, saat mereka mengadakan protes di dekat konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Senin, 22 Oktober 2018 (AP/Lefteris Pitarakis)

Saud al-Qahtani diketahui menjabat sebagai pejabat tinggi bidang komunikasi untuk Kerajaan Arab Saudi, di mana ia telah memimpin sejumlah kampanye media sosial untuk menanggapi berbagai kritik terhadap Negeri Petrodollar.

Ia juga disebut sebagai salah satu orang dekat dengan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

Terkait dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, al-Qahtani dituduh bertemu tim pembunuh Saudi yang hendak beranjak ke Istanbul untuk "membagikan informasi yang berguna, berdasarkan spesialisasinya di bidang media," kata kantor jaksa.

Tapi al-Qahtani belum pernah muncul di depan umum sejak pembunuhan dan keberadaannya saat ini menjadi tanda tanya besar.

Kolumnis Washington Post David Ignatius melaporkan awal tahun ini bahwa Pangeran Mohammed bin Salman masih membutuhkan keahlian al-Qahtani, mengutip sumber-sumber AS dan Saudi.

"Qahtani menyimpan banyak file dan dokumen," Ignatius mengutip seorang pejabat Amerika yang pernah bertemu putra mahkota.

"Gagasan untuk mengalami perpecahan dengannya tidak realistis (bagi bin Salman)."


Perintah Pangeran MBS

Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)

Badan intelijen Amerika Serikat (CIA) dikabarkan melaporkan bahwa pembunuhan itu kemungkinan diperintahkan oleh Pangeran Mohammed bin Salman, penguasa de facto dan pewaris takhta Kerajaan Arab Saudi.

Pihak berwenang Saudi membantah keras tuduhan itu, dan dalam percakapan pribadi dengan para pejabat Barat, mereka malah mengkritik pihak berwenang Turki karena gagal menghentikan pembunuhan itu.

"Intelijen mereka tahu bahwa regu pembunuh (Saudi) akan datang. Mereka bisa menghentikan mereka!" seorang pejabat Saudi seperti dikutip dalam laporan CIA yang diberitakan beberapa media AS.

Pejabat Turki adalah yang pertama melaporkan pembunuhan Khashoggi dan terus menekan Arab Saudi untuk informasi tentang keberadaan mayatnya yang sampai saat ini belum ditemukan.

Agnes Callamard, pelapor khusus PBB yang melakukan penyelidikan independen atas pembunuhan itu, bulan lalu mengutuk apa yang disebutnya "minim transparansi dalam proses hukum" dan ia menuntut agar digelar pengadilan terbuka.

Kerajaan itu "sangat keliru jika percaya bahwa proses ini, seperti yang saat ini dilakukan, akan memuaskan masyarakat internasional," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya