Nicolas Maduro Bantah Tuduhan Akan Melarikan Diri ke Kuba

Nicolas Maduro membantah setelah pemerintah AS menuduh Maduro telah siap untuk melakukan perjalanan ke Kuba. Ini penjelasannya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 01 Mei 2019, 15:23 WIB
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Liputan6.com, Caracas - Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Presiden Venezuela Nicolas Maduro membantah soal dugaan dirinya akan lari ke Kuba.

Dugaan itu menyusul adanya demonstrasi yang dikendarai oleh pemimpin oposisi Juan Guaido. Di mana lautan manusia memenuhi jalanan utama Kota Caracas pada Selasa waktu setempat, demikian dikutip dari laman CNN, Rabu (1/5/2019).

Bantahan Nicolas Maduro ini disampaikan setelah pemerintah AS menuduh Maduro telah siap untuk melakukan perjalanan ke Kuba guna menghindari kerusuhan.

"Mereka memiliki pesawat terbang di landasan. Dia siap untuk pergi," ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Para pejabat senior AS juga mengklaim tiga tokoh penting dalam pemerintahan Maduro telah menyetujui presiden untuk pergi.

Hari ini, Juan Guaido kembali meminta para pendukungnya untuk turun ke jalanan guna menyampaikan protes.

Dikutip dari laman BBC, Presiden Nicolas Maduro yang berusaha digulingkan oleh pemimpin oposisi, tetap menentang turun dari jabatan meskipun protes terus terjadi.

Dalam pidatonya di televisi, dia menggambarkan pendukung Guaido sebagai "kelompok kecil" yang rencananya gagal.


Pemimpin Oposisi Venezuela Dukung Militer Kudeta Presiden

Puluhan ribu demonstran antipemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Sabtu (2/2). Krisis kekuasaan internal di Venezuela tengah mencapai titik terpanasnya. (AP Photo/Juan Carlos Hernandez)

Pemimpin oposisi Venezuela yang juga menyatakan diri sebagai presiden sementara, Juan Guaido, mendorong rakyat Venezuela agar turun ke jalan-jalan dan mendukung para anggota militer, dalam upaya menyingkirkan Presiden Nicolas Maduro dan "merebut kembali kebebasan kita." Hal itu ia serukan pada Selasa 30 April 2019 waktu setempat.

Dalam laporan VOA Indonesia, pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido memposting sebuah video di akun Twitternya, yang memperlihatkan ia berpidato di hadapan sekelompok tentara dan politisi oposisi Leopoldo Lopez, yang sedang dikenai tahanan rumah.

Guaido mengatakan militer telah membuat keputusan yang tepat dan akan berada di sisi yang benar dalam sejarah.

Tidak lama kemudian, Menteri Informasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pemerintah Maduro menghadapi "upaya kudeta" kecil yang dipimpin “para pengkhianat" di dalam militer. Sementara itu Menteri Pertahanan Vladimir Padrino mengatakan militer "dengan tegas membela" Maduro.

Guaido memimpin Majelis Nasional Venezuela. Ia menggunakan konstitusi untuk mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara pada Januari lalu, setelah menyebut kepemimpinan Maduro tidak sah karena kecurangan dalam pemilu.

Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lainnya telah mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela.

 


AS Dukung Oposisi Venezuela

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Wakil Presiden AS Mike Pence meminta PBB pada Rabu, 10 April 2019 untuk mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sah Venezuela.

"Sudah tiba waktunya bagi PBB untuk mengakui presiden sementara Juan Guaido sebagai presiden Venezuela yang sah dan mendudukkan wakilnya dalam badan ini," kata Pence kepada Dewan Keamanan PBB, mengutip Al Jazeera.

Dalam kesempatan itu, ia menambahkan pihaknya telah menyusun resolusi mengenai Venezuela. Tidak jelas kapan dan di mana Pence akan memperkenalkan resolusi yang dimaksud kepada DK PBB.

Ia juga mengumumkan, pemerintah Amerika Serikat akan memberikan US$ 60 juta kepada Venezuela sebagai "bantuan kemanusiaan".

Pence sepertinya optimistis, ia mengatakan kepada wartawan bahwa dia percaya "momentumnya ada di pihak pendukung kebebasan".

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan AS harus berhenti mencampuri urusan negara lain. Sebagaimana diketahui, Nicolas Maduro, presiden Venezuela saat ini, mendapatkan dukungan dari Kuba, Rusia, Turki dan China.

"Kami menyerukan Amerika Serikat untuk sekali lagi mengakui bahwa rakyat Venezuela dan masyarakat lain memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri," kata Nebenzia.

"Jika Anda ingin membuat Amerika hebat lagi (Make America Great Again - jargon kampanye Donald Trump), kami semua dengan tulus tertarik melihatnya, maka berhenti mencampuri urusan negara lain."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya