Jualan Online, Omzet Mukena Bali Melonjak

Penjualan online meningkatkan omzet penjualan IKM. Penjualan mukena Bali contohnya.

oleh Dewi Divianta diperbarui 03 Mei 2019, 10:00 WIB
Pemilik @kampungsouvenir yang mengalami peningkatan omzet ketika melakukan penjualan melalui Shoppee (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar Berkembangnya teknologi digital memiliki manfaat besar bagi publik sepanjang dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya mereka yang memiliki bidang usaha, bisa memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat.

 

Sementara itu, pemilik @kampungsouvenir, Kurniawan Joko Purnomo mengakui sejak awal ia membuka usaha memang sudah memanfaatkan teknologi digital untuk penjualannya.

“Kita awalnya memang jualan online. Justru baru buka toko itu pada tahun 2014 setelah kami cukup maju penjualannya di online. Selama ini kami menggunakan Shoppee untuk jualan online,” papar dia.

Joko memiliki bisnis fashion berupa mukena Bali dan baju gamis Bali. Ia kini telah memiliki rumah produksi sendiri untuk desain dan motif produknya.

Berkat menjual produknya di Shoppee, penjualannya kini semakin baik. “Penjualan sih ada di beberapa, tapi memang fokusnya di Shoppee. Pelanggan itu kalau saya tanya, mereka suka cari produk di Shoppee. Ya saya fokuskan saja di Shoppee. Sekarang setiap hari saya berhasil menjual 100-200 pcs produk dan terus meningkat,” ujarnya.

Kepala Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Kementerian Perindustrian, Ni Nyoman Ambara Eny menjelaskan, instansinya memiliki program untuk IKM dalam menghadapi industri 4.0, khususnya untuk e-commerce.

“Kita mulai program ini pada tahun 2017. Sampai sekarang ada ribuan yang sudah terjangkau. Target kita lima ribu yang bisa masuk market place,” kata Eny.

Dengan beralih menggunakan teknologi informasi sebagai ruang bertransaksi, Eny menyebut IKM mendapatkan manfaat cukup besar bagi penjualan yang berimbas pada pendapatan mereka.

“Pada tahun 2017 pendapatan mereka Rp168 juta. Pada tahun 2018 naik menjadi Rp2 miliar lebih. Ada peningkatan bagi mereka yang masuk market place,” katanya.

Hanya saja, tak semuanya mengalami kesuksesan bertransaksi. Ia menilai salah satu kendalanya adalah ketiadaan admin dan sistem yang baik yang dimiliki oleh IKM.

“Yang masuk market place tidak semua sukses. Ada keluhan dari mereka. Setelah kita evaluasi ternyata ada IKM yang tidak memiliki tenaga kerja. Ada juga yang tidak memiliki admin,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya