Grebeg Onje, Ritual Menjelang Ramadan di Purbalingga

Di Desa Onje ada makam Adipati Onje, cikal bakal Purbalingga, Masjid Sayyid Kuning dan pendirinya, Abdullah Syarif

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 02 Mei 2019, 10:00 WIB
Grebeg Onje 2018. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Desa Onje, Kecamatan Mrebet dikenal dengan wisata religinya. Makam Adipati Onje, pemimpin masa lalu cikal bakal Purbalingga ada di sini.

Tak kalah penting adalah jejak syiar agama Islam di Jawa Tengah bagian barat yang bisa dirunut dari keberadaan Masjid Raden Sayyid Kuning, penyebar agama Islam yang lantas dikenal dengan sebutan Islam Aboge.

Makanya, tidak aneh jika masyarakat Desa Onje sejak puluhan tahun lampau memiliki ritual khusus menyambut Ramadan. Sudah menjadi tradisi, masyarakat menggelar syukuran dalam bentuk nasi penggel yang diberikan kepada para kerabat.

Untuk melestarikan budaya luhur yang berpotensi sebagai wisata religi itu, semenjak tiga tahun lalu, prosesi menjelang Ramadan itu dibalut dalam rangkaian ritual budaya Grebeg Onje, sebuah rangkaian ritual yang menandai akhir bulan Sa’ban dan menyambut datangnya puasa atau Ramadan.

Tahun ini, Grebeg Onje digelar mulai 1 Mei hingga 3 Mei 2019. Rangkaian kegiatan hari pertama dimulai pukul 09.00 WIB dengan kegiatan pembukaan dan kuliner jajan pasar.

Acara dengan atmosfer wisata religi ini lantas dilanjutkan dengan prosesi ziarah kubur. Kemudian, pukul 13.00 WIB, diadakan napak tilas sejarah Onje.

“Pukul 19.30 WIB dilaksanakan Tahlil bersama di Pendopo Desa Onje dilanjutkan dengan sarasehan kebudayaan dan sejarah Onje,” dia menjelaskan.

 


Ritual Pengambilan Air dari 7 Belik

Ziarah makam dalam Grebeg Onje 2019. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Prosesi budaya hari kedua dimulai pukul 08.00 dengan ritual pengambilan air dari tujuh sumber mata air, dilanjutkan dengan jodangan dan grebeg gunungan palawija. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pentas seni tradisional yang bertempat di lapangan Desa Onje.

Malamnya, sekitar pukul 19.30 WIB digelar prosesi penggelan di Jalan Tepus Rumput. Dilanjutkan dengan seni Begalan di Masjid Raden Sayyid Kuning. Kemudian Mandi Suci di Kedung Pertelu di sungai Jojok Telu.

Tak berhenti di situ, ada pula prosesi babar penggel atau grebeg penggel. Kemudian untuk hari ketiga akan digelar hiburan rakyat tradisional yakni musik calung yang dimulai pukul 13.00 di Lapangan Desa Onje.

“Rencananya kegiatan hari kedua akan dihadiri oleh Bupati Purbalingga, Ibu Dyah Hayuning Pratiwi,” ucapnya.

Dia menerangkan, berbagai ritual itu mengandung filosofi luhur. Salah satunya adalah ziarah. Ziarah bertujuan mengingatkan manusia kepada akhirat.

“Siapa pun manusia di dunia ini pasti akan mati. Sehingga diharapkan manusia terbaik pasti akan menggunakan kehidupan dunianya untuk mencari bekal kebahagian di akherat kelak,” dia menjelaskan.

 


Para Peziarah

Pembukaan Grebeg Onje 2019 dengan tabuh lesung. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Ritual lainnya, mandi di sungai Kedung Pertelu yang menyimbolkan agar saat memasuki bulan Ramadan seseorang telah bersih, baik bersih raga maupun jiwanya. Dengan begitu, puasa satu bulan penuh akan meningkatkan spiritualitas seseorang.

“Kegiatan ini bukan hanya untuk warga Onje namun terbuka untuk semua masyarakat Purbalingga dan sekitarnya,” terangnya.

Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Purbalingga, Yanuar Abidin mengatakan salah satu tujuan Grebeg Onje adalah mempopulerkan wisata religi dengan keberadaan situs-situs makam dan budaya kuno.

“Grebeg Onje merupakan kegiatan tahunan yang sudah dilakukan setidaknya sudah kali ke tiga. Grebeg Onje sebagai kegiatan untuk nguri-nguri budaya, karena sebagian tempat yang bersejarah, untuk berdirinya Kabupaten Purbalingga," Yanuar menerangkan.

Akan tetapi, dua perhelatan terdahulu, Grebeg Onje belum mampu menarik pengunjung dari luar wilayah. Salah satunya yakni lantaran keterbatasan promosi prosesi budaya ini.

Kepala Desa Onje, Mugi Ari Purnomo optimis Desa Onje bakal menjadi destinasi wisata religi yang diminati. Di hari-hari tertentu, seperti malam Jumat, tamu dari berbagai daerah berziarah ke tempat ini atau melakukan ritual tertentu.

Keyakinan itu bertambah dengan keberadaan Masjid Sayyid Kuning dan makam pendiri Masjid Sayyid Kuning, Abdullah Syarif. Kemudian di desa ini juga ada makam Adipati Onje, cikal bakal Purbalingga.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya