Demonstrasi Besar-Besaran Kembali Serang Rezim Nicolas Maduro di Venezuela

Rezim pemerintahan Nicolas Maduro di Venezuela kembali diserang demonstrasi besar-besaran.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Mei 2019, 05:26 WIB
Seorang pengunjuk rasa memakai topeng berwarna bendera Venezuela, saat ikut serta dalam demonstrasi anti-pemerintah ke Mahkamah Agung di Caracas, Venezuela, Kamis, 6 Juli 2017. (AP Photo / Ariana Cubillos)

Liputan6.com, Caracas - Pendukung oposisi Venezuela kembali mengadakan protes massal, sehari setelah bentrokan keras dengan pasukan pemerintah.

"Kami akan terus maju dengan kekuatan lebih dari sebelumnya," kata pemimpin oposisi Juan Guaido, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (2/5/2019).

Di saat bersamaan, demonstrasi pro-pemerintah juga sedang berlangsung.

Demonstrasi saingan datang setelah Presiden Nicolás Maduro mengatakan dia telah menghentikan "percobaan kudeta" pada hari Selasa.

Guaido mengatakan bahwa dia didukung oleh anggota angkatan bersenjata, tetapi Maduro menegaskan dia masih memiliki dukungan mereka.

Dalam pidato televisi berapi-api pada hari Selasa, Maduro menuduh para demonstran melakukan "kejahatan berat" yang menurutnya "tidak akan dibiarkan begitu saja".

Maduro juga menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) sedang merencanakan perlawanan terhadapnya.

Sebagaimana diketahui, Guaido menyatakan dirinya sebagai pemimpin sementara Venezuela pada Januari lalu, dan telah diakui oleh lebih dari 50 negara, termasuk AS, Inggris dan sebagian besar di Amerika Latin.

Tetapi Maduro --yang didukung oleh Rusia, China, dan pejabat tinggi militer negara itu-- menolak menyerahkan kepemimpinan kepada kubu Guaido.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan tindakan militer "mungkin" dilakukan, tetapi Washington akan lebih memilih transisi kekuasaan secara damai.

Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan AS terhadap langkah-langkah "agresif" selanjutnya, karena dinilai terlalu mencampuri urusan dalam negeri Venezeula.

PBB, di sisi lain, meminta kedua belah pihak yang bertikai di Venezuela untuk melakukan "gencatan maksimum", dan memulai pembicaraan damai.

 


Proses yang Tidak Dapat Diubah

Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Berbicara kepada para pendukungnya di Caracas, Guaido menyebut protes itu sebagai "proses yang tidak dapat diubah", dan berjanji melanjutkan demonstrasi setiap hari "untuk mencapai kebebasan".

"Kami berada di jalur yang benar, tidak ada jalan untuk kembali," katanya.

Media lokal melaporkan tembakan di Altamira, sebuah lingkungan di Caracas timur di mana oposisi secara teratur berkumpul.

Ada juga bentrokan di jalan raya dekat pangkalan udara di timur ibu kota, dengan pengunjuk rasa mengendarai van melewati pagar pembatas.

Garda Nasional yang mengendarai sepeda motor menembakkan gas air mata ke arah para demonstran.

Beberapa demonstran melempar batu, sementara yang lain terlihat membuat bom molotov.


Kekerasan dalam Demonstrasi di Venezuela

Puluhan ribu demonstran antipemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Sabtu (2/2). Tokoh oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai 'presiden interim'. (AP Photo/Juan Carlos Hernandez)

Demonstrasi telah terjadi di 23 negara bagian Venezuela serta di Caracas, kata LSM dan media lokal.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan "sangat khawatir" dengan laporan pasukan keamanan menggunakan kekuatan "berlebihan" terhadap demonstran.

"Kami menyerukan semua pihak untuk menunjukkan pengekangan maksimum dan pada pihak berwenang untuk menghormati hak untuk berkumpul secara damai," kata juru bicara Marta Hurtado.

Tetapi ada juga demonstrasi pro-pemerintah, dengan Presiden Maduro mengatakan para pekerja berkumpul di seluruh negeri untuk memperingati May Day.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya