Liputan6.com, Jakarta - Ekonom prediksi inflasi April 2019 sebesar 0,32 persen dan secara year on year (YoY) mencapai 2,71 persen. Inflasi April didorong dari volatilitas harga pangan jelang Ramadan.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, peningkatan laju inflasi secara bulanan dan tahunan ditopang oleh kenaikan laju inflasi harga bergejolak yang didorong oleh kenaikan beberapa harga komoditas pangan.
Komoditas pangan itu antara lain bawang putih (37,4 persen Month on Month/MoM), cabai merah sebesar 13,6 persen MoM, daging ayam sebesar 2,6 persen MoM, bawang merah sebesar 19,9 persen MoM, dan telur 0,3 persen MoM.
Baca Juga
Advertisement
Terdapat juga komoditas pangan yang mengalami tren penurunan sepanjang April seperti harga beras yang tercatat turun 0,95 persen MoM dan daging sapi merosot 0,14 persen MoM.
"Di samping kenaikan laju inflasi harga bergejolak, inflasi juga didorong oleh kenaikan inflasi kelompok transportasi sejalan dengan perubahan tarif transportasi udara," ujar dia dalam catatannya, Kamis (2/5/2019).
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan stabil di kisaran 3,03 persen YoY mengingat ekspektasi inflasi dari sisi permintaan cenderung terkendali ditopang oleh stabilnya nilai tukar rupiah sepanjang April lalu.
Josua menuturkan, puncak inflasi akan terjadi pada Mei, Juni, dan Juli. Meski demikian, inflasi masih tetap terkendali hingga akhir 2019. Diperkirakan inflasi di kisaran 3-3,5 persen hingga akhir 2019.
Ini mempertimbangkan pengendalian harga pangan akan terus dikoordinasikan di tingkat nasional dan daerah melalui forum TPI nasional dan tingkat pengendalian inflasi daerah (TPID) sehingga tidak terdapat lonjakan harga karena penurunan suplai.
"Selain itu, inflasi harga diatur pemerintah juga diperkirakan akan tetap stabil dalam rangka menjaga daya beli masyarakat. Inflasi akan terkendali hingga akhir tahun," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Prediksi BI
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi pada April 2019 diperkirakan 0,35 persen secara bulanan dan 2,74 persen secara tahunan. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan BI.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, inflasi disebabkan oleh sejumlah bahan makanan seperti bawang putih, bawang merah dan harga cabai. Meskipun demikian, pihaknya mencatat deflasi di komoditas beras.
"Ada sedikit kenaikan karena itu ada inflasi, tapi kita mencatat beras terjadi deflasi," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 26 April 2019.
Perry menuturkan, dengan terjaganya pasokan bahan makanan, inflasi 2019 diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
"Bahkan bisa mengarah ke 3,1 persen tentu saja ini memberikan faktor positif untuk ekonomi kita, daya beli masyarakat," ungkap dia.
Terkait konsumsi, BI optimistis konsumsi rumah tangga kuartal II masih di atas 5 persen. Penyaluran bantuan sosial merupakan faktor yang mendorong kenapa konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2019 akan tetap tinggi.
Advertisement
BI Antisipasi Dampak Tingginya Harga Tiket Pesawat ke Inflasi
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengaku telah menyiapkan langkah antisipasi untuk membendung dampak dari tingginya harga tiket pesawat terhadap inflasi.
Perry menuturkan, tingginya harga tiket ini dikhawatirkan akan berdampak pada daya beli masyarakat, khususnya saat Ramadan dan Lebaran.
"Secara musiman memang jelang Ramadan dan Idul Fitri harga-harga tiket naik. Nanti akan dibahas langkah-langkah antisipasinya," kata dia seperti ditulis Rabu, 24 April 2019.
Untuk mengantisipasi lonjakan dari tingginya harga tiket pesawat, Perry meminta masyarakat untuk memesan tiket jauh-jauh hari. "Bagaimana antisipasinya, masyarakat pesan tiketnya jauh-jauh hari, seperti itu," imbuhnya.
Seperti diketahui, kenaikan harga tiket pesawat khususnya rute domestik sudah terjadi sejak awal Januari 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peningkatan harga tiket pesawat telah menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen pada inflasi Maret 2019.