Liputan6.com, Jakarta - iPhone X diklaim menjadi smartphone terlaris di dunia pada 2018. Informasi tersebut dilaporkan dari lembaga Counterpoint Research.
Dalam laporannya yang bertajuk "2018 Global Smartphone Top 10 Model Sales Market Share", smartphone yang dirilis pada 2017 ini menduduki peringkat teratas dalam daftar smartphone terlaris di dunia 2018.
Baca Juga
Advertisement
Namun sayang, tidak diungkap berapa persentase market share dari masing-masing vendor. Demikian dilansir GSM Arena pada Kamis (2/5/2019).
Dalam tabel grafis yang bisa kamu lihat di bawah, peringkat kedua, ketiga, dan keempat, disusul oleh iPhone 8, iPhone 8 Plus, dan iPhone 7. Barulah peringkat kelima diduduki Xiaomi Redmi 5A.
Pada peringkat keenam, ada Samsung Galaxy S9, dan peringkat ketujuh diraih iPhone XS Max, sedangkan peringkat kedelapan diduduki iPhone XS.
Adapun dua peringkat terakhir direngkuh oleh Samsung Galaxy S9 Plus dan Samsung Galaxy J6.
Menariknya, tidak ada merek Huawei bertengger di dalam daftar tersebut. Padahal, Huawei sempat menggeser Apple sebagai vendor smartphone terbesar kedua di dunia.
Apalagi, perusahaan asal Tiongkok ini baru saja meluncurkan smartphone terbarunya, yakni seri P30 beberapa waktu lalu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
5 Merek Smartphone Terlaris di Indonesia
IDC (International Data Corporation) pada 2018 meluncurkan laporan terbarunya terkait pengapalan smartphone di Indonesia.
Dalam laporan IDC yang diterima Tekno Liputan6.com, Jumat (7/9/2018), pengapalan smartphone di Indonesia mampu mencapai 9,4 juta unit pada kuartal kedua 2018 dengan pertumbuhan 22 persen dari kuartal sebelumnya, dan 18 persen jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun lalu.
Dengan demikian, pengapalan unit smartphone pada kuartal ini diklaim menjadi yang paling tinggi di Indonesia.
Adapun pengapalan smartphone didominasi oleh lima vendor paling teratas (Samsung, Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Advan) dengan total 85 persen pasar smartphone lokal.
IDC mengklaim, pencapaian ini disebabkan oleh besarnya pertumbuhan pengiriman smartphone dari Xiaomi.
Risky Febrian, analis pasar IDC Indonesia, mengakui pengaruh Xiaomi kini begitu besar di Indonesia dan menjadikannya sebagai vendor kedua dengan pengapalan smartphone terbesar di Indonesia.
"Berlawanan dengan OPPO dan Vivo, kegiatan marketing campaign Xiaomi jauh lebih sederhana dan memberikan keuntungan yang lebih sedikit untuk mitra distribusinya dan mampu memberikan perangkat dengan rasio price-to-spec yang lebih kompetitif sehingga memberikan konsumen value-for-money yang lebih baik," ujar Riski.
"Dengan menerapkan strategi ini, Xiaomi berhasil memperoleh market share dan mind share yang signifikan,” tambahnya.
Advertisement
Oppo dan Vivo
Kegiatan marketing yang begitu agresif dari Oppo dan Vivo, menurut IDC, mampu menuai keuntungan yang besar bagi mitra distribusinya.
Hal tersebut dianggap bersifat disruptif di pasar dan berdampak pada peningkatan pangsa pasar smartphone kelas menengah yang berhasil membuat pengguna berencana mengganti perangkatnya.
Pada kuartal II 2018, harga penjualan rata-rata (ASP) untuk smartphoone Oppo dan Vivo ada di kisaran US$ 220 (Rp 3,2 jutaan). Sementara, Xiaomi berada di kisaran US$ 130 (Rp 1,9 juta).
Tak cuma rentang harga yang kompetitif, IDC menilai strategi marketing Xiaomi justru lebih fokus pada pemasaran yang bersifat internet-centric, seperti flash sale lewat beberapa e-Commerce, mobile gaming, dan dukungan kepada komunitasnya, Mi Fans, yang pada akhirnya bertugas untuk menjadi pemegang brand Xiaomi dari mulut ke mulut dan media sosial.
"“IDC memperkirakan Xiaomi akan terus menerapkan strategi ini dalam usahanya untuk meraih posisi teratas di pasar smartphone Indonesia. Pada kuartal mendatang, pemain lain mau tidak mau harus mempertimbangkan strategi pricing-nya untuk dapat berkompetisi secara efektif, dan pemain lokal diperkirakan akan menerima dampak yang paling besar dari agresifnya strategi Xiaomi," kata Febrian.
"Namun demikian, tetap ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Xiaomi seperti kendala pasokan dan produk ilegal untuk beberapa model smartphone populernya, di mana hal tersebut memiliki dampak negatif terhadap harga dan permintaan di pasar lokal,” pungkasnya.
(Jek/Ysl)