Liputan6.com, Jakarta Angki Yudistia mengaku pernah menjadi korban perisakan dan perundungan. Kakaknya pernah menjadi korban pengeroyokan dan dibuang di Lapangan Sempur, Bogor, setelah dianiaya. Pemicunya pun sepele, masalah asmara.
Angki sendiri sering dicela karena memiliki pendengaran yang tidak sempurna. Dalam akun Istagramnya ia bercerita, "Di jalan, aku pernah dirundung sama orang gak dikenal begini : "eh, lo adeknya goro ya? Yang masuk rumah sakit gara-gara cewe! Terus lo adeknya gimana? Katanya gak bisa denger!? Bisa denger gak gw ngomong apa?! *dan semua orang disitu ketawa!" . Jahat ya? Ini cerita baru pagi ini aku inget. Dulu masih pake seragam, aku cuman bisa diem doang," curhatnya.
Advertisement
Manusia memang tidak ada yang sempurna. Dan di balik ketidaksempurnaan itu, setiap manusia diberkati dengan kelebihan yang tak dimiliki orang lain.
Kisah hidup Angkie Yudistia memang tak mudah. Perempuan yang tuli sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD) itu pernah menjadi korban perundungan karena pendengarannya yang tak sempurna.
Kala itu, Angkie terpaksa dicemooh karena menggunakan alat bantu dengar yang harus digunakan sejak kecil.
Cobaan harus dilalui Angkie ketika beranjak dewasa. Lamaran kerjanya ke perusahaan beberapa kali ditolak karena alasan yang menyedihkan. Angkie tak bisa mengangkat telepon saat harus melakukan wawancara melalui sambungan telepon.
Namun, cobaan hidup tersebut tak menyulutkan semangat Angkie meraih mimpi. Bukan terpuruk, Angkie malah bangkit dan ingin membuktikan kemampuan yang tak diketahui banyak orang.
Perjuangan membuahkan hasil
Dikutip dari Dream.co.id, Angkie menyelesaikan pendidikannya hingga meraih gelar master atau strata dua (S2). Dia juga menerbitkan sebuah buku berjudul Tuna Rungu Menembus Batas. Semua menjadi bukti bahwa keterbatasan yang dimilikinya tidak menghalangi langkah untuk meraih cita-cita.
Langkah sukses Angkie tak berhenti di sana. Angkie menapak lebih jauh dengan mendirikan Thisable Enterprise yang merupakan lembaga pemberdayaan bagi penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi.
"Karena pengalaman aku sendiri, di usia produktif yang susah dapat kerja. Nah, ini wadah bagi mereka penyandang disabiltas untuk mendapat pekerjaan," ujarnya saat ditemui di acara Hijablyfe, Cipete, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2019.
Advertisement
Muda, Mandiri, Berkarya
Sukses di dunia pendidikan dan bisnis tak membuat Angkie lupa sebagai seorang muslimah. Angkie memutuskan untuk menutup auratnya dengan mengenakan hijab. Keputusan itu tak datang dengan mudah.
Angkie bercerita tentang pergolakan batin yang sempat ia rasakan sampai akhirnya memantapkan diri mengubah tampilannya dengan berhijab.
"Saat suami aku bilang harta yang paling berharga adalah istri yang salehah, lalu aku mikir apa aku udah cukup solehah untuk suamiku," curhatnya.
Kepergian mertua menghadap Sang Khalik semakin membuka mata hati Angkie. Dia merasa jika kehidupan di dunia hanya bersifat sementara.
Hijab Nyaman untuk Tunarungu
Cerita soal tampilan barunya, rupanya Angkie punya kisah lucu saat memilih bahan hijab yang ingin digunakannya.
"Lucunya aku nggak tahu bedanya bahan hijab, katanya ada hijab yang bisa bikin budek, tapi aku kan memang nggak bisa dengar," candanya.
Di awal-awal penggunaan hijabnya, Angkie sempat merasa tak nyaman karena bahan yang kaku ternyata menimbulkan suara gesekan pada alat pendengarannya.
"Karena aku menggunakan alat pendengaran jadi kadang bahan-bahan kaku yang menggesek alat pendengaranku seakan menghasilkan suara 'grasak-grusuk'," tambahnya.
Tak lama berkutat di bahan hijab yang kaku, Angkie mendapat bantuan dari sahabatnya, Nuril, yang merupakan pemilik toko hijab HIJABLYFE.
Angkie menemukan satu bahan yang nyaman dan pas untuk dirinya berupa voal. Selain bahan yang tepat untuk styling, Angkie setia menggunakan bahan yang disarankan Nuril karena tidak mengganggu alat bantu dengarnya.
"Bahan yang nyaman untuk aku dan teman-teman ku yaitu voal, begitu enak, nyaman, sejuk, dan tidak menganggu alat pendengaran. Jangan memakai hijab terlalu ketat karena membuat alat pendengaran akan tertekan sehingga tidak nyaman," tutup Angkie.
(Dream/Tri Yuniwati Lestari)
Advertisement