Liputan6.com, Caracas - Seorang wanita yang ikut dalam aksi demonstrasi di Venezuela dilaporkan tewas tertembak mati. Sementara lebih dari 20 orang di laporkan terluka saat bentrokan.
Diikutip dari laman Khaleejtimes.com, Kamis (2/5/2019), bentrokan ini terjadi bersamaan dengan unjuk rasa May Day antara pendukung kelompok oposisi dan angkatan bersenjata Venezuela di Caracas.
Baca Juga
Advertisement
Aksi demonstrasi ini terjadi usai pemimpin oposisi Juan Guaido berusaha untuk menggalang demonstran melawan Presiden Nicolas Maduro.
Jurubith Rausseo (27) meninggal di sebuah klinik setelah tertembak peluru tepat di kepalanya saat melakukan aksi demo.
Para pendukung Guaido mengutuk keras 'pembunuhan' ini. Termasuk bagi para korban luka sekitar 27 orang.
Ketegangan di Venezuela melonjak sejak Guaido yang mengepalai badan legislatif Majelis Nasional mengklaim bahwa dirinya adalah presiden, menggantikan Maduro.
Pada saat hari buruh, Juan Guaido menyerukan warganya dari berbagai latar belakang untuk turun ke jalan.
Guaido menyebut akan menjadi "demonstrasi terbesar dalam sejarah" negara itu, sehari setelah ia menyerukan agar militer menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
"Kita tahu bahwa Maduro tidak memiliki dukungan atau rasa hormat dari angkatan bersenjata," kata Guaido dalam pesan video pada Selasa malam. "Kami telah melihat bahwa protes membuahkan hasil. Kita harus terus menekan."
Manfaatkan Momentum
Ajakan untuk protes dengan memanfaatkan momentum Hari Buruh internasional ini dimulai ketika ia memohon dukungan kepada para pemimpin serikat pekerja dan pekerja sektor publik.
Seruan itu diprediksi akan menyebabkan gelombang protes besar pada Hari Buruh di Venezuela.
Untuk diketahui, sebetulnya sebagian pendukung Guaido menjadi frustrasi karena Maduro tetap berada di tampuk jabatannya sebagai presiden, meski protes kerap dilakukan sejak lebih dari tiga bulan lalu.
"Saya harap ini akan menjadi terakhir kalinya kita harus turun ke jalan," kata Claudia Riveros (36), pekerja toko roti yang memegang bendera Venezuela pada protes hari Selasa.
"Kami telah menghadapi berbagai jenis agresi dan mencoba kudeta yang belum pernah terlihat dalam sejarah kami," lanjutnya.
Seorang direktur Amerika Latin di Eurasia Group yang berbasis di Washington mengatakan, usaha Guaido untuk protes di Hari Buruh akan sangat signifikan. Hal itu akan menguntungkan sang pemimpin oposisi, jika ia berhasil mendapatkan dukungan dari gerakan buruh.
Advertisement
Rangkul Kalangan Militer
Pemimpin oposisi Venezuela tersebut juga mendukung para anggota militer, dalam upaya menyingkirkan Presiden Nicolas Maduro dan "merebut kembali kebebasan." Hal itu ia serukan pada Selasa 30 April 2019 waktu setempat.
Dalam laporan VOA Indonesia, pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido diketahui memposting sebuah video di akun Twitternya, yang memperlihatkan ia tengah berpidato di hadapan sekelompok tentara dan politisi oposisi Leopoldo Lopez, yang sedang dikenai tahanan rumah.
Guaido mengatakan militer telah membuat keputusan yang tepat dan akan berada di sisi yang benar dalam sejarah.
Tidak lama kemudian, Menteri Informasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pemerintah Maduro menghadapi "upaya kudeta" kecil yang dipimpin "para pengkhianat" di dalam militer. Sementara itu Menteri Pertahanan Vladimir Padrino mengatakan militer "dengan tegas membela" Maduro.
Untuk diketahui, Guaido saat ini memimpin Majelis Nasional Venezuela. Ia menggunakan konstitusi untuk mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara pada Januari lalu, setelah menyebut kepemimpinan Maduro tidak sah karena kecurangan dalam pemilu.
Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lain telah mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela.