Liputan6.com, New York - Berkat bantuan dari miliarder sekaligus CEO Salesforce, Marc Benioff dan istrinya, Lynne sebesar USD 30 juta atau Rp 427 miliar (Kurs USD 1 = Rp 14.245) membuat UC San Fransisco dapat melakukan penelitian terbarunya.
Penelitian ini untuk mengungkapkan akar penyebab tunawisma dan merancang cara efektif untuk mengatasinya. Jumlah tunawisma terus meningkat di Amerika Serikat (AS). Saat ini total tunawisma di Negeri Paman Sam mencapai 552.830 orang pad 2018.
"Dunia membutuhkan seseorang yang mau membantu tunawisma. Saya harap langkah ini bisa membantu memecahkan krisis tunawisma," ujar Benioff seperti dilansir dari CNN.
Baca Juga
Advertisement
Miliarder yang lahir dan besar di San Fransisco, saat ini telah menjadi seorang CEO dari perusahaan terbesar di kota tersebut dan telah aktif dalam masalah seperti ini pada masa lalu.
"Marc dan Lynne telah menjadi pemimpin di bidang ini, dan investor murah hati yang akan membantu mendorong pencarian solusi dan lebih lanjut untuk mengembangkan praktik terbaik untuk membantu tunawisma meningkatkan kehidupan mereka," ujar Gubernur California, Gavin Newsom.
Marc Benioff Tugaskan Karyawan Jadi Pekerja Sukarela di Hari Pertama, Kenapa?
Miliarder Marc Benioff, CEO Salesforce ini ternyata memiliki tradisi unik untuk seluruh pegawai barunya di hari pertama mereka bekerja yaitu sebagai sukarelawan di akhir jam kerja mereka.
Dilansir dari laman CNBC, ini dilakukannya agar seluruh pegawainya memiliki pola pikir yang filantropis. Para pegawainya akan bekerja seperti biasa pagi hari, namun di sore hari, di saat jam mereka telah usai maka mereka akan bekerja sukarelawan di panti asuhan, panti jompo dan lainnya.
Marc melakukan ini agar para pegawainya dapat bahagia atas pekerjaannya karena apa yang mereka lakukan bukan semata-mata untuk mereka saja namun juga orang lain.
Meskipun harus mengeluarkan ekstrak tenaga untuk bekerja sukarelawan namun ternyata hal ini tidak membuat perusahaannya kekurangan pegawai karena ternyata masih banyak orang yang melamar di perusahaan ini.
Marc menjelaskan, meskipun perusahaannya tidak memiliki fasilitas yang memadai namun hal ini tetap terjadi karena menurutnya perusahaannya saat ini memiliki tujuan serta misi yang jelas.
Masih banyaknya pekerja yang ingin bekerja di perusahaan ini dibuktikan dari terpilihnya Salesforce mejadi perusahaan yang paling diminati ke-4 di daftar Perusahaan Top Linkedln 2018.
Tidak hanya budaya itu saja, ternyata Marc Benioff juga menerapkan gaji yang sama bagi seluruh pegawainya. Tahun lalu kabarnya perusahaan ini rela menggelontorkan uang sebanyak USD 3 juta hanya untuk menghilangkan kesenjangan gaji yang terjadi di perusahaan ini.
Advertisement
Miliarder Ini Ketipu Beli Patung Rp 99 Miliar, padahal Harganya Rp 71 Juta
CEO dan miliarder Salesforce, Marc Benioff, mungkin menyesal telah membeli patung kayu yang berusia 200 tahun yang ia beli seharga USD 7 juta atau Rp 99 miliar (Kurs USD 1 = Rp 14.228) dalam pelelangan Christie dua tahun lalu. Sebab, saat ini beberapa ahli seni mempertanyakan keaslian patung tersebut.
Dilansir dari laman CNBC, sekarang beberapa ahli mengatakan bahwa patung tersebut ternyata harganya hanya USD 5.000 atau Rp 71 juta.
Beberapa pakar seni mengatakan bahwa patung kayu yang menggambarkan dewa perang Hawaii ini bisa jauh lebih murah dan tidak berharga dibandingkan dengan apa yang dikatakan pada saat pelelangan Christie pada November 2017 lalu.
Namun ternyata, para ahli seni lainnya masih) percaya bahwa patung tersebut memang merupakan patung yang berharga seperti yang diklaim Christie.
Julian Harding, seorang pedagang seni swasta yang berbasis di London, mengatakan ia tetap yakin akan keaslian patung itu. Dan ia menyebutnya "sebuah karya seni Oseanik."
Sayangnya, miliarder Salesforce yang kali ini diwakili oleh juru bicaranya menolak berkomentar terkait hal ini.
Sebagai tambahan informasi, patung ini merupakan bagian dari koleksi seni pribadi kolektor Prancis, Pierre dan Claude Verite sebelum Christie menjualnya.
Patung dijual dan dibeli oleh miliarder ini di pelelangan dengan harga sekitar USD 7,2 juta atau Rp 99 miliar. Selanjutnya, Marc dengan sang istri Lynne menyumbangkan artefak ini ke Museum Uskup Bernice Pauahi di Honolulu.