LSI Denny JA Sebut Angka Golput Pemilu 2019 Untungkan Jokowi

Golput pada pemilu 2019 relatif paling kecil sepanjang sejarah pasca reformasi yaitu 19,24 persen. Dalam hal ini Jokowi-Ma'ruf diuntungkan dengan agregat jumlah angka yang golput.

oleh Delvira HutabaratLiputan6.com diperbarui 02 Mei 2019, 16:18 WIB
Kotak surat suara yang sudah sampai di salah satu TPS di Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopan menyebut pemilu kali ini sukses jika dilihat angka golongan putih (golput) yang menurun.

Dalam pemaparan hasil survei Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi usai pemilu 2019, Ardian mengatakan persentase golput jika dibandingkan 2009, persentase golput tercatat sebesar 27,45 persen, di 2014 angka golput naik menjadi 30,42 persen. Maka di 2019 tercatat angka mengalami penurunan di persentase 19,24 persen.

Ardian menjelaskan faktor turunnya angka golput tak lepas daripada upaya peserta pemilu khususnya dua pasang tim sukses peserta pilpres 2019.

"Mobilisasi dan seruan 'Jangan Golput' kubu Jokowi dan Prabowo yang masif di akhir-akhir kampanye," ujar Ardian di Jakarta Timur, Kamis (2/5/2019).

Ardian menjelaskan penurunan angka golput secara tidak langsung menguntungkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf. Menurutnya, secara agregat angka golput pada pemilu 2019 proporsional bagi Jokowi-Ma'ruf. Ia menambahkan justru akan rugi bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf jika jumlah golput terus besar.

"Data kita, golput pada pemilu 2019 relatif paling kecil sepanjang sejarah pasca reformasi yaitu 19,24 persen. Dalam hal ini Jokowi-Ma'ruf diuntungkan dengan agregat jumlah angka yang golput," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Selanjutnya

Lebih lanjut Ardian menyebut, penyelenggaraan pemilu secara serentak membuat para peserta pemilu menyadari pentingnya suara dalam pemilihan kali ini. Sehingga, kata dia, ajakan untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) dan menggunakan haknya gencar dilakukan, baik melalui media sosial, ataupun secara tatap muka door to door.

Faktor lain menurunnya angka golput menurut Ardian juga disebabkan menguatnya politik identitas saat kampanye oleh satu pasangan capres-cawapres.

"Tingginya partisipasi segmen pemilih minoritas dengan berbagai alasan. Salah satunya merasa terancam dengan narasi politik identitas yang menggaung di salah satu kubu," tukasnya.

 

 Penulis: Yunita Amalia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya