The Vanishing: Menarik, Hanya Terlalu Kelam dan Menguji Kesabaran

Film The Vanishing yang digerakkan oleh tiga karakter pria, terasa begitu maskulin.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2019, 07:30 WIB
The Vanishing (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah dominasi Avengers: Endgame yang menguasai sekitar 1.400 layar se-Indonesia, film The Vanishing nekat muncul dan menyapa para pecinta film. 

Film karya sineas Kristoffer Nyholm dengan judul asli Keepers ini tayang di jaringan bioskop CGV Cinemas, Flix Cinema, Platinum, dan Cinemaxx.

Cerita The Vanishing digerakkan oleh 3 karakter utama yang ndilalah cowok semua: Donald (Connor), James (Gerard) dan Thomas (Peter). Ketiganya bekerja sebagai penjaga mercusuar di Flannan Isles selama 6 minggu. Thomas sebagai senior mengatur pembagian tugas. Sementara Donald, yang belum punya pengalaman berjaga berupaya mematuhi perintah kedua rekannya.

Suatu hari, Donald menemukan sebuah kapal karam di bibir laut. Tak jauh dari kapal itu, ada tubuh seorang pria tengkurap dan peti kayu yang terkunci. Thomas meminta Donald memeriksanya lalu membawa peti kayu ke mercusuar. Saat hendak mengirim peti, pria tak dikenal ini berupaya membunuh Donald.

Dalam kondisi terjepit, Donald mengambil sebongkah batu lalu membenturkannya ke kepala pria asing ini berkali-kali. Nahas, beberapa hari kemudian dua pria lain mendatangi Thomas, James, dan Donald. Mereka mempertanyakan kapal, peti kayu, berikut penumpangnya.

Kristoffer berupaya memperkenalkan para penjaga mercusuar dengan detail. Satu per satu latar belakang ketiga tokoh diungkap. The Vanishing terasa berat karena gaya bertutur Kristoffer yang intim dan ketiga karakter utamanya memiliki masa lalu gelap.

Donald ditolak cewek karena statusnya sebagai anak haram. Thomas kehilangan istri dan kedua putri kembarnya. Sementara James yang berpenghasilan pas-pasan harus menghidupi istri dan dua anaknya.

 


Terlalu Maskulin

The Vanishing (istimewa)

Faktor pemberat lainnya, kemasan film yang terlalu maskulin. Hanya ada satu aktris di film ini, itu pun muncul sejenak di menit awal. Lebih dari 90 persen film ini mengambil gambar di pulau kecil yang terkepung debur ombak. Praktis, kita hanya disuguhi Gerard dengan wajah keriput berikut kumis dan jenggot tak terawat yang membuatnya tampak depresif.

Kemudian, Thomas yang sulit berdamai dengan masa lalu serta Donald yang gampang panik. Kalau pun ada tiga bintang tamu lain, ketiganya punya emosi negatif yang membuat The Vanishing makin kelam.

The Vanishing mengajak kita berputar-putar di dalam mercusuar, kantor penjaga, kamar tidur, kapel, pulau, dan laut lepas. Begitu seterusnya hingga akhir cerita. Berpotensi membosankan, khususnya bagi penonton awam yang berharap Gerard Butler beraksi bagai jagoan layaknya di film 300, Olympus Has Fallen, dan London Has Fallen.

 


Transformasi Karakter

The Vanishing (istimewa)

Meski tak menyuguhkan adegan baku hantam yang bikin jantung deg-degan, transformasi ketiga aktor melalui sikap dan perilaku pada paruh kedua film layak diacungi jempol. Connor yang trauma memperlihatkan ketakutan sekaligus kebingungan lewat sorot mata dan air mata yang mengalir begitu saja.

Momen Peter mendirikan tiga lilin di kapel dan sesekali meracau di luar mercusuar adalah bentuk kehilangan yang amat dalam. Transformasi paling mengerikan ada dalam diri Gerard. Mata kosong, gaya berjalan gontai, dan ekspresi datar di menit-menit akhir film ini rasanya sulit dilupakan penonton. Film ini menarik, hanya terlalu intens, kelam, dan menguji kesabaran awam.

Pemain: Gerard Butler, Peter Mullan, Connor Swindells

Produser: Maurice Fadida, Andy Evans, Gerard Butler

Sutradara: Kristoffer NyholmPenulis: Celyn Jones, Joe Bone

Produksi: Lionsgate

Durasi: 107 menit

 

(Liputan6.com/ Wayan Diananto)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya