Sambut Akhir Pekan, IHSG Berpeluang Terkoreksi

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah di kisaran 6.298-6.503 pada Jumat pekan ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 03 Mei 2019, 06:30 WIB
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tergelincir pada perdagangan saham Jumat (3/5/2019).

Potensi pelemahan lanjutan ini terlihat dari sisi teknikal dengan pola bearsih engulfing muncul dan berpeluang membawa IHSG menuju ke area support.

Analis PT Binaartha Parama Sekuritas, Nafan Aji Gustama menilai, IHSG kemungkinan terkoreksi pada kisaran support dan resistance di level 6.298-6.503.

Adapun saham perbankan hingga pertambangan menurut dia laik untuk dibeli menutup perdagangan di akhir pekan ini.

Sementara itu, Head of Research PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi menuturkan, momentum pelemahan IHSG sebenarnya telah tiba pada level support lower bollinger bands.

"Ini memberikan sinyal atau peluang bagi IHSG untuk rebound atau setidaknya menguat terbatas pada hari ini," kata dia.

Adapun IHSG berpeluang menguat terbatas di rentang support dan resistance di 6.350-6.405.  Melanjutkan, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) cocok untuk dipertimbangkan pada Jumat pekan ini.

Sedangkan Nafan Aji menyarankan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), serta PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Penutupan IHSG Kemarin

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah. Hal itu didorong sentimen negatif dari pernyataan pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve Jerome Powell soal suku bunga acuan.

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis 2 Mei 2019, IHSG merosot 80,93 poin atau 1,25 persen ke posisi 6.374,42. Indeks saham LQ45 susut 1,21 persen ke posisi 1.006,94. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 267 saham melemah sehingga menekan IHSG. 149 saham menguat dan 115 saham diam di tempat. Usai libur hari buruh, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.465,77 dan terendah 6.363,04.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 471.352 kali dengan volume perdagangan 15,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,5 triliun. Investor asing beli saham Rp 98,31 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.255.

10 sektor saham tertekan. Sektor saham industri dasar susut dua persen, dan alami penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur susut 1,74 persen. Kemudian sektor saham aneka industri merosot 1,66 persen dan sektor saham barang konsumsi tergelincir 1,64 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham SOCI mendaki 24,57 persen ke posisi Rp 218 per saham, saham KICI mendaki 19,72 persen ke posisi Rp 340 per saham, dan saham DNAR menanjak 18,18 persen ke posisi Rp 286 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham BDMN merosot 19,77 persen ke posisi Rp 7.100 per saham, saham ERAA terpangkas 22,07 persen ke posisi Rp 1.130 per saham, dan saham PTSN susut 24,17 persen ke posisi Rp 800 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,83 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,42 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,34 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,34 persen.

Sementara itu, indeks saham Singapura turun 0,20 persen. Analis PT OSO Sekuritas, Sukarno Alatas menuturkan,  faktor teknikal dan aksi ambil untung sehingga tekan IHSG.Selain itu, sentimen negatif dari pernyataan pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell yang klaim belum ada penurunan suku bunga pada 2019.

“Dari internal data Nikkei Manufacturing PMI APR turun ke level 50,4 dari sebelumnya 51,2,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya