Foto Jimny Bocor di Media Sosial, Suzuki: Masih Dalam Proses

Sebuah foto Suzuki Jimny berada di atas truk seperti sedang di distribusikan menyebar di media sosial. Hal ini tentu menarik perhatian karena mobil pabrikan otomotif Jepang itu tak kunjung dijual meski sudah beberapa dipajang dalam pameran.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 03 Mei 2019, 06:07 WIB
Suzuki Jimny (@Jimny.ind)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto Suzuki Jimny berada di atas truk seperti sedang didistribusikan menyebar di media sosial. Hal ini tentu menarik perhatian karena mobil pabrikan otomotif Jepang itu tak kunjung dijual meski sudah beberapa dipajang dalam pameran.

Menanggapi hal tersebut, Head of Brand Development and Marketing Research 4W PT SIS Harold Donnel mengaku tak ingin berkomentar banyak.

"Iya memang terkait gambar Jimny yang beredar di media sosial dan whatssap group, kami belum bisa berkomentar lebih banyak. Terkait itu kendaraan milik siapa dan bagaimananya, tapi nanti kalau ada kabar terkait Jimny ataupun kabar yang tidak baik akan kami kabarkan," katanya di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

Sebagai salah satu kendaraan yang memiliki nilai sejarah yang kuat di Indonesia, Harold mengaku pihaknya tak ingin gegabah dalam memasarkan Jimny.

"Iya semua masih dalam tahap proses, semuanya masih dalam tahap studi, kita masih sangat berhati-hati langkah Suzuki di indonesia seperti apa terkait Jimny," ujarnya.


Selanjutnya

Selain itu, inden yang sangat panjang di beberapa negara membuat Suzuki Indonesia mencoba mencari alternatif terbaik saat hendak menjual Jimny.

Harold menegaskan pihaknya tak mau mengecewakan pembeli karena harus menunggu terlalu lama.

Bahkan beberapa negara di dunia saat ini harus menunggu 8 bulan hingga 1 tahun untuk mendapat Suzuki Jimny.

"Kita masih study karena kita percaya bagaimanapun kita merilis kendaraan ini pasti akan sukses. Sekarang tinggal bagaimana Suzuki mengemasnya dengan tepat, unitnya mau gimana, apakah model sama dengan Jepang atau ada penyesuaian khusus, harga kita juga benar benar sangat hati-hati, karena orang Indonesia kalau harga tetap nomor satu," tutur Harold.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya