Gorby Tiupkan Pesan Perdamaian Melalui Festival Crossborder Keerom 2019

Beragam inspirasi bertiup dari Festival Crossborder Keerom 2019. Pesan perdamaian lalu ditiupkan Gorby-The Comen Rasta. Event ini menjadi media pemersatu berbagai latar bangsa. Melalui kreativitas bersama-sama memunculkan tekad membangun Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2019, 10:13 WIB
Beragam inspirasi bertiup dari Festival Crossborder Keerom 2019. Pesan perdamaian lalu ditiupkan Gorby-The Comen Rasta. Event ini menjadi media pemersatu berbagai latar bangsa. Melalui kreativitas bersama-sama memunculkan tekad membangun Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Beragam inspirasi bertiup dari Festival Crossborder Keerom 2019. Pesan perdamaian lalu ditiupkan Gorby-The Comen Rasta. Event ini menjadi media pemersatu berbagai latar bangsa. Melalui kreativitas bersama-sama memunculkan tekad membangun Indonesia.

Festival Crossborder Keerom 2019 dimulai Jumat (2/5). Digelar 3-5 Mei 2019, festival tersebut digelar di Lapangan Swakarsa, Waris, Kabupaten Keerom, Papua. Sehari jelang event, Gorby-The Comen Rasta pun melakukan soundcheck. Usai melakukan general rehearsal, inpirasi berupa pesan perdamaian dikirim oleh Gorby-The Comen Rasta.

“Perdamaian harus diutamakan. Dari crossborder ini, mari semua tetap bersatu. Kami tidak fokus ke isu, tapi punya 1 tekad kuat untuk terus membangun Indonesia. Kami generasi muda dengan produktivitas dan kreativitas tinggi. Negeri ini kuncinya sekarang berada di tangan anak mudanya,” ungkap Gorby, Kamis (2/5).

Tampil di hari perdana festival, ada 10 lagu yang akan dibawakan oleh Gorby-The Comen Rasta. Salah satunya adalah hits ‘Komen Rasta’. Lagu tersebut diklaimnya sebagai representasi budaya masyarakat Papua. Liriknya khas, seperti ‘Rambut kribo hitam keriting manis, itulah gaya kami, komen rasta’. Bait berikutnya, ‘Biar ku gimbal berantakan begini, ku cinta gaya kami, komen rasta’.

“Kami pasti akan memberikan banyak kejutan. Apalagi, Festival Crossborder Keerom luar biasa. Dari festival seperti ini, Papua memiliki kesempatan besar untuk mengenalkan budayanya. Kami punya suku dan bahasa yang sangat besar. Semua menjadi penyokong kuat persatuan. Tetap satu dalam perdamaian dan saling menghormati,” tegas Gorby lagi.

Produktivitas memang dimiliki Gorby-The Comen Rasta. Eksis sekitar 1 dekade, ada banyak karya yang diciptakan. Selain bersama The Comen Rasta, Gorby juga telah me-release 5 album solo. Nuansa musik reggae yang disajikannya sangat kental. Albumnya diantaranya, The Comen Rasta, 2 in 1, dan Bidadari Hatiku. Ada juga Album Tmar Nticam juga Siapakah Aku ini Tuhan.

“The Comen Rasta hanya fokus berkarya. Kami lebih senang menggunakan energi untuk menghasilkan sebuah bentuk kreativitas. Bagi generasi muda Indonesia, sekarang harus kurangi hal-hal negatif. Lebih baik gunakan tenaga dan pikiran untuk hal positif yang berguna,” tegas Gorby.

The Comen Rasta merupakan kumpulan anak muda kreatif Bumi Cenderawasih. Group ini dibentuk pada 10 Juni 2009. Homebase-nya berada di Dok V, Komplek Hotel Numbay, Jayapura. Kekentalan rasa Papua group band ini bisa dilihat dari namanya. Sebab, Comen adalah nama panggilan akrab bagi putra-putri asli Papua. Panggilan ini juga berlaku bagi warga peranakannya.

“Grup dan vokalis band ini memang luar biasa. Mereka energik dan penuh inspirasi. Ada banyak hal-hal positif yang disampaikan melalui bait lagunya. Kami tentu sepakat, Festival Crossborder Keerom 2019 jadi media perekat budaya lintas bangsa. Keragamannya tinggi dan saling menguatkan,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Keragaman memang dimiliki Keerom. Secara geografis, Keerom punya luasan 9.365 kilometer persegi. Kabupaten ini terbagi dalam 11 distrik. Dan, 5 distrik diantaranya berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini. Distrik itu adalah, Arso Timur, Towe, Senggi, Waris, dan Web. Keerom juga satu dari beberapa kabupaten yang bersinggungan langsung dengan Papua New Guinea (PNG).

“Dengan semangat mengusung perdamaian, kami optimistis festival akan sukses. Arus pengunjungnya besar, khususnya wisatawan dari PNG. Bagaimanapun, kawasan Papua dan PNG sangat suka dengan musik reggae. Festival Crossborder Keerom 2019 sepenuhnya menampilkan pesta reggae,” kata Ricky.

Mendukung kelancaran agenda, technical meeting Festival Crossborder Keerom 2019 sudah digelar pada Kamis (2/5). Kegiatan tersebut dihadiri seluruh unsur stakeholder Keerom. Para talent juga mengirimkan perwakilannya guna menyamakan persepsi. Inspirasi besar yang ditiupkan Festival Crossborder Keerom 2019 pun diapresiasi Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

“Festival Crossborder Keerom 2019 ikut membangun karakter bangsa. Beragam ide dan gagasan positif dituangkan di sana. Melalui event ini juga beragam potensi yang dimiliki Keerom akan terpublikasikan dengan baik. Harapannya, arus kunjungan wisatawan menuju Keerom terus tumbuh. Lalu, ada beragam value ekonomi yang bisa dinikmati langsung masyarakatnya,” tutup Menpar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya