Liputan6.com, Surabaya - Peringatan Hari Buruh Internasional pada Rabu, 1 Mei 2019 mengungkap sebuah gerakan masif yang dikenal dengan Anarko Sindikalisme. Tidak hanya di Bandung, massa berpakaian serba hitam ini juga tampak dalam aksi May Day di depan Gedung Negara Grahadi di jalan Gubernur Suryo Surabaya, Jawa Timur.
Aksi para buruh yang tadinya berlangsung damai menjadi kisruh ketika puluhan massa yang membawa bendera warna merah hitam dan menggunakan jaket hoodie warna hitam, menutupi wajahnya serta membawa poster bergambar Marsinah menyusup masuk dalam barisan para buruh.
Melihat kemunculan kelompok massa ini, polisi berseragam dan berpakaian preman langsung membubarkan paksa kumpulan massa setelah memberi peringatan tapi tak diindahkan. Apalagi, kelompok massa tersebut tidak mau melepaskan penutup wajahnya.
Baca Juga
Advertisement
"Kalian ini dari mana, kok pakai penutup wajah? Ayo dibuka," tanya Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, Kompol Moh Fathoni melalui pengeras suara kepada kelompok massa yang berada di luar barisan.
Fathoni juga meminta massa berjaket hoodie itu bubar dengan tertib, karena tidak mengantongi izin. "Ayo bubar baik-baik, kalian ini jangan cuma ikut-ikutan, kalian ini dari mana?" tegas Fathoni.
Puluhan massa di luar massa buruh ini bergeming. Mereka malah menggelar aksi duduk dan diam. Tak ayal, polisi pun membubarkan puluhan massa tersebut secara paksa.
Situasi makin memanas saat aksi pembubaran oleh polisi ini, tiba-tiba muncul seseorang yang juga berpakaian serba hitam berteriak melarang awak media mengambil gambar. "Siapa yang tidak boleh mengambil gambar, apa yang tidak boleh difoto," teriak salah satu wartawan.
Polisi yang berpakaian bebas melerai kericuhan tersebut dan menghampiri salah satu pemuda yang melarang wartawan meliput itu. Keduanya terlibat percekcokan. Selanjutnya, datang satu lagi pemuda yang mencoba melerai polisi dan pemuda itu. Alhasil, kedua mahasiswa itu berhasil dipisahkan dari kelompoknya.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera yang terlihat dalam aksi pengamanan Hari Buruh Internasional mengatakan bahwa diduga kelompok anarki tersebut berafiliasi dengan kelompok luar negeri. Namanya, Anarko Sindikalisme atau Anarko Sindikalis.
"Pembubaran ini bukan hanya terkait masalah mengantongi izin atau tidak. Tapi mereka merupakan kelompok anarki dengan bendera A dilingkari hitam (Anarko Sindikalisme)," tutur Barung.
Selain ditengarai akan melakukan tindakan anarki, massa yang menutupi wajahnya dengan kain hitam tersebut juga merupakan kelompok afiliasi luar negeri. "Itu adalah kelompok luar negeri yang menginginkan adanya kerusuhan dan memang tidak tunduk pada pemerintah," kata Barung.
Berselang beberapa jam kemudain, kelompok Anarko Sindikalis ini kembali datang dan berhasil menyusup masuk ke dalam barisan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI). Mereka kembali terlibat percekcokan dengan wartawan yang berusaha mewawancarainya.
"Saya tadi mau menanyakan mereka dari kelompok mana dan tujuan serta tuntutan dalam aksi Hari Buruh ini apa. Tiba - tiba datang satu temannya yang mengatakan jangan mau diwawancara karena freaming media dan pergi begitu saja," kata salah satu wartawan.
2 Orang Diamankan
Selanjutnya, anggota FMN bernama Riski dan Aris dari Pens dan ITS yang diduga mengejek polisi yang sedang bertugas mengamankan aksi May Day di Gedung Negara Grahadi, dibawa oleh polisi berpakaian bebas dan mengamankannya ke Mapolrestabes Surabaya.
Sontak kordinator KASBI dan anggotanya yang sedang melakukan aksi, meminta keterangan dari kepolisian mengapa Kedua anggota FMN diamankan. Ketika mobil polisi keluar dengan membawa Riski dan Aris dari gedung Negara Grahadi, sempat diadang oleh beberapa anggota KASBI. Sehingga terjadi aksi saling dorong antara mereka dengan polisi yang sedang mengamankan jalannya aksi Hari Buruh.
Koordinator KASBI Mulyadi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan koordinator lapangan lainnya, apakah FMN tergabung pada aksi peringatan Hari Buruh Sedunia atau tidak.
"Kalau itu dari aliansi kita, nanti kita dampingi untuk mengeluarkan kawan–kawan tadi yang dibawa polisi tadi. Tadi pagi kan katanya sudah melakukan orasi duluan, jadi terlepas dari pengawasan kami gitu loh, makanya kita koordinasi dulu apakah dia tergabung dalam aliansi kita atau tidak," kata Mulyadi.
Mulyadi menambahkan, jika FMN tidak tergabung dalam aliansi aksi hari buruh sedunia di depan Grahadi, maka KASBI akan membuat keputusan bersama mengenai kejadian ini.
"Kalau tidak ya otomatis membuat kesepakatan bersama, karena ini kita punya misi sendiri buruh nih. Jadi apakah tergabung aliansi? Jadi kalau memang bukan ya mohon maaf, nanti bagaimana keputusan korlap dan sebagainya," ucapnya.
Sementara itu, melihat rekannya diamankan, beberapa peserta aksi yang terdiri dari gabungan buruh dan mahasiswa terlihat tidak terima. Mereka meminta agar rekannya tersebut dibebaskan. "Surabaya makin represif saja polisinya. Kalian makan dari uang pajak tetapi represif," ujar Anin, aktivis FMN.
Sedangkan, Kombes Pol Barung menegaskan bahwa kelompok tersebut berusaha menyusup dan sengaja akan melakukan kerusuhan. "Mereka penyusup yang sengaja ingin adanya kerusuhan, saat ini sudah ada yang kami amankan dan sedang dimintai keterangan di Mapolrestabes Surabaya," ucap Barung.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement