Bos BI Paparkan Upaya Penguatan Stabilitas Sistem Keuangan 2018

Sepanjang 2018 ketidakpastian ekonomi global sangat berdampak pada kondisi moneter dan stabilitas sistem keuangan Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2019, 12:46 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2018 ketidakpastian ekonomi global sangat berdampak pada kondisi moneter dan stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Dampak dari kenaikan tingkat suku bunga acuan AS yang dikeluarkan oleh bank sentral The Federal Reserve atau the Fed (FFR) telah menyebabkan arus keluar modal dari negara-negara berkembang.

Hal itu disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semeter II 2018, pada Jumat (3/5/2019).

Buku kajian stabilitas keuangan edisi ke-32 itu bertema Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global. 

Perry mengungkapkan, kondisi ekonomi global yang penuh gonjang ganjing tersebut membuat BI harus merespons dengan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis poin (bps) sepanjang 2018.

Tujuannya adalah menarik modal asing ke dalam negeri (capital inflow), sehingga dapat menstabilkan pelemahan nilai tukar rupiah akibat penguatan dolar AS setelah Fed menaikkan FFR.

"Tantangan langkah kebijakan moneter dalam satu tahun terakhir masih sejalan dengan upaya menjaga stabilitas sistem keuangan, baik mikro maupun makro. Ini adalah tantangan yang harus kita perhatikan dari bank sentral. Sehingga responden yang tepat harus dirumuskan," kata Perry.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BI Gunakan Berbagai Instrumen Kebijakan untuk Mitigasi

Ilustrasi Bank Indonesia

Perry melanjutkan, kenaikan suku bunga acuan BI tidak berdampak signifikan terhadap kenaikan suku bunga kredit, seperti yang ditakutkan.

Menurut dia, ini karena BI menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk memitigasi berbagai risiko dalam sistem keuangan.

"Hal yang tidak dapat dijelaskan dalam teori adalah bahwa suku bunga acuan naik 175 bps, tetapi suku bunga pinjaman turun 0,23 persen. Saya mengajar di UI, di UGM, teori standar tidak dapat menjelaskan, yang dapat menjelaskan bab 13, 14, 15 buku ini," ujar dia.

Dia menuturkan, koordinasi dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga terus dijaga untuk menstabilkan sistem keuangan Indonesia. Dia juga percaya kondisi sistem keuangan 2019 akan dipertahankan.

Oleh karena itu, Perry berharap penerbitan buku ini dapat menjadi pedoman di masa depan untuk memahami bagaimana stabilitas sistem keuangan Indonesia dapat dipertahankan di tengah tekanan ekonomi global sepanjang 2018.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya