Liputan6.com, Bangkok - Warga Negeri Gajah tengah bersiap menyambut kepala negara baru. Raja Thailand Maha Vajiralongkorn akan dinobatkan pada akhir pekan.
Potret sang raja baru telah dipajang di sejumlah tempat, seperti gedung pemerintah, jembatan, papan reklame, serta pertokoan.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip The Guardian, Jumat (3/5/2019), raja yang beberapa kali melakukan intervensi politik itu akan resmi naik takhta dalam sebuah upacara yang berlangsung selama tiga hari. Acara itu digelar tepat dua tahun pasca-meninggalnya Raja Bhumibol Adulyanej yang sangat dicintai warga Thailand.
Dr. Patrick Jory, seorang dosen senior bidang sejarah Asia Tenggara di University of Queensland, mengatakan penobatan itu sangatlah penting.
"Thailand adalah negara di mana periode sejarah masih sangat diingat, khususnya dalam hal pemerintahan raja," kata Jorry.
Upacara penobatan akan dimulai pada Sabtu, 4 Mei 2019 dan diprediksi menelan biaya hingga US$ 30 juta (sekitar Rp 428 miliar). Dalam upacara itu, ritual keagamaan Buddha akan membaur dengan tradisi Hindu Brahma.
Dalam ritual keagamaan itu, Maha Vajiralongkorn akan ditahbiskan sebagai "Devaraja" dan penegak ajaran Buddha di Thailand.
Ratusan ribu orang diperkirakan akan berbaris di jalan dengan mengenakan warna kuning kerajaan. Sementara para pegawai negeri diundang untuk menghadiri acara besar itu.
Peristiwa bersejarah itu akan disiarkan secara luas di stasiun televisi Thailand.
Rangkaian Penobatan Telah Dimulai April
Sebetulnya, rangkaian penobatan raja baru telah dimulai sejak April lalu. Saat itu, otoritas mengumpulkan sumber air dari 76 provinsi.
Pada Sabtu, 4 Mei 2019, Vajiralongkorn akan dibasuh dengan air itu sebelum upacara yang diadakan di Istana agung (Grand Palace), Bangkok. Sebuah mahkota seberat tujuh kilogram akan dipakaikan di kepalanya. Sang raja baru kemudian akan mengucap perintah pertamanya.
Acara itu akan dilanjutkan pada Minggu, 5 Mei 2019 dengan Vajiralongkorn akan menyambut warga Thailand. Ia akan melewati sejumlah candi suci dalam kesempatan itu.
Sementara itu pada Senin siang, sang raja baru akan menyelenggarakan audiensi publik di Suddhaisavarya Prasad Hall yang terletak di Grand Palace.
Masih belum jelas substansi pidato yang akan disampaikan oleh Vajiralongkorn dalam acara itu. Saat ayahnya dinobatkan pada 1950 silam, Bhumibol menyampaikan arah kebijakan pemerintahan baru.
Ratu Baru
Maha Vajiralongkorn pada Kamis 2 Mei 2019 mengadakan sebuah upacara khusus. Saat itu ia mengumumkan pernikahahannya yang keempat dengan mantan pramugari Suthida Tidjai. Secara otomatis, dalam peristiwa penobatan yang akan berlangsung Sabtu, Thailand akan memiliki ratu baru.
Sebetulnya selama beberapa tahun terakhir raja baru itu sering berada di Munich, di mana ia memiliki sebuah rumah mewah.
Meski absen dari kehidupan publik Thailand, selama dua tahun terakhir Vajiralongkorn telah mengambil langkah signifikan untuk mengonsolidasikan kekuasaannya.
Ia telah mendorong perubahan konstitusi Thailand untuk memberikan raja kekuatan yang lebih, khususnya dalam pengambilan keputusan eksekutif dan kontrol lebih besar atas tentara dan penunjukan biksu paling senior.
Advertisement
Raja Baru Akan Mengintervensi Politik?
Eugénie Mérieau, sorang ahli Thailand mengatakan Maha Vajiralongkorn akan menjadi raja yang sangat mengintervensi.
"Dia mungkin tidak akan terlalu sering mengintervensi secara langsung dalam proses pembuatan kebijakan. Namun ia akan mengawasi dan menjaga proses itu melalui petinggi birokrat sipil dan militer," lanjutnya.
Untuk dikethaui, vajiralongkorn telah mendorong militer untuk melaksanakan pemilu pertama pasca-kudeta.
Meski demikian, ia beberapa kali mengintervensi proses politik, menurut The Guardian.
Ia sempat menyatakan langkah saudaranya, Putri Ubolratana untuk menjadi kandidat perdana menteri sebagai melanggar monarki konstitusional. Langkah itu disusul dengan pembubaran partai besar klan Thaksin, Raksa Chart Party, oleh mahkamah konstitusi setempat.
Dalam pemilihan umum Vajiralongkorn juga sempat memberikan pernyataan, mengimbau warga Thailand untuk memilih "orang yang baik," yang kemudian diterjemahkan oleh banyak pihak sebagai dukungan kepada partai pro-militer yang tengah berkuasa.
Sementara itu, beberapa waktu lalu ia juga mencabut gelar kehormatan Thaksin Shinawatra, menyusul keinginan parta-partai pro Thaksin lain yang masih ada di parlemen untuk membentuk koalisi besar membentuk pemerintahan.
Namun bagaimanapun masyarakat Thailand tengah tidak sabar menyambut penobatan.
"Ini adalah peristiwa bersejarah bagi Thailand. Saya percaya Raja Vajiralongkorn akan menjaga dan melindungi rakyat Thailand seperti ayahnya, Raja Bhumibol," kata Pearl Arunchot (63) salah satu warga Thailand.