Asteroid Ini Berada Amat Dekat dengan Bumi, Membahayakan?

Asteroid ini akan berada pada jarak yang sangat dekat dengan Bumi. Apakah berpotensi membahayakan?

oleh Afra Augesti diperbarui 03 Mei 2019, 20:10 WIB
Asteroid Apophis yang lintasannya amat dekat dengan Bumi (kuning) akan melewati planet ini pada tahun 2029 dalam jarak yang setara dengan beberapa satelit (biru). Garis ungu mewakili orbit Stasiun Angkasa Luar Internasional. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Satu dekade dari sekarang, asteroid raksasa dilaporkan akan melesat melintasi langit Bumi pada Jumat, 13 April 2029. Asteroid itu, yang disebut Apophis, membentang sekitar 1.100 kaki (340 meter) dan akan melesat dalam jarak 19.000 mil (31.000 kilometer) dari permukaan Bumi.

Meski terdengar menakutkan, tetapi para ahli yakin benda angkasa luar itu tidak akan mengenai Bumi. Sebaliknya, ini adalah kesempatan dalam sekali seumur hidup bagi peneliti untuk benar-benar memahami asteroid yang ada di dekat Bumi.

"Kabar gembiranya adalah bahwa objek sebesar ini hanya lewat hampir satu kali per seribu tahun," ujar Richard Binzel, seorang ahli planet di MIT University, mengatakan dalam International Academy of Aeronautics' Planetary Defense Conference, yang dikutip dari Live Science, Jumat (3/5/2019).

Kedekatan dan ukuran asteroid juga akan menambah kecerahan 'pertemuan' tersebut, yang kabarnya bisa disaksikan secara langsung dengan mata telanjang manusia dari Bumi.

Meskipun para periset berpendapat kalau Apophis tidak akan menabrak Bumi pada tahun 2029, namun mereka belum bisa mengesampingkan kemungkinan benturan yang akan terjadi pada berpuluh-puluh tahun di masa depan, dan ada banyak batu ruang angkasa besar lainnya yang mengorbit matahari di lingkungan Bumi.

Para ahli di bidang pertahanan planet melacak objek-objek ini dan menyiapkan teknik yang bisa mengalihkan apa pun yang memang menimbulkan ancaman bagi planet kita.

Data yang dikumpulkan tentang Apophis dapat menginformasikan apa yang diketahui oleh para ilmuwan soal asteroid-asteroid lain, karena batuan antariksa ini tampak sangat mirip dengan sekitar 80% asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi --yang sebelumnya telah diidentifikasi oleh para ilmuwan hingga saat ini.


Skenario NASA Selamatkan Bumi dari Serangan Asteroid

Ilustrasi lintasan asteroid menuju Bumi. (Sumber Pixabay)

NASA mengadakan Konferensi Perlindungan Planet yang berlangsung pada 29 April hingga 3 Mei di dekat Washington DC. Dalam pertemuan tersebut dibahas ancaman yang mungkin datang dari asteroid, termasuk mengeksplorasi kemungkinan tindakan darurat untuk melindungi Bumi.

Sejumlah tes dan simulasi akan dilakukan dalam pertemuan tersebut. Para ilmuwan akan mensimulasikan asteroid buatan untuk mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi ketika mempertahankan diri dari serangan nyata benda angkasa luar.

Mereka akan mepertimbangkan prediksi kedatangan asteroid yang ditemukan oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL), pelacak asteroid milik NASA.

Beberapa organisasi turut diundang dalam konferensi tersebut, seperti Badan Manajemen Kedaruratan Federal AS (FEMA) dan lembaga pemerintah lainnya, serta ahli dari berbagai negara.

Lindley Johnson, seorang perwira pertahanan planet untuk NASA mengatakan, latihan dalam konferensi itu akan menciptakan persiapan internasional yang lebih baik dan proses tanggapan yang efektif jika terdapat ancaman nyata.

"Ini... akan membantu kita mengembangkan komunikasi yang lebih efektif, baik satu sama lain di antara kita maupun dengan pemerintah," lanjutnya.

Asteroid Akan Menghantam Bumi?

Latihan NASA dan sejumlah organisasi itu didorong oleh adanya prediksi palsu bahwa objek angkasa luar yang disebut "Near-Earth Object"(NEO) akan menghantam Bumi pada 2027. Asteroid itu disebut sebagai Apophis, salah satu benda angkasa luar paling penting yang pernah ditemukan.

NASA memang memprediksi Apophis akan melewati Bumi tepatnya pada Jumat, 13 April 2019, dalam jarak 31.200 kilometer di atas permukaan planet kita. Lebih dekat dibandingkan orbit satelit cuaca.

Namun NASA menyatakan tidak percaya bahwa Apophis akan sampai menghantam Bumi saat melesat melewati planet kehidupan di Tata Surya ini.

Ukuran Apophis diperkirakan sepanjang 340 meter, dari ujung ke ujung. Para ahli mengatakan, jika asteroid sebesar itu akan menghantam Bumi maka akan menyebabkan kerusakan besar, termasuk mengancam peradaban manusia.

Namun nyatanya, NASA menyebut kemungkinan Bumi benar-benar dihantam adalah 1 dari 100.

Meski demikian, pejabat NASA mengatakan angka itu termasuk cukup besar untuk mempertimbangkan adanya langkah-langkah darurat dan pertahanan diri.

Oleh karenanya, simulasi yang dilakukan hingga 3 Mei mendatang akan sangat bermanfaat. Hal itu akan memberikan peluang besar bagi para ilmuwan untuk mempelajari asteroid dengan lebih baik.

Adapun di masa depan, menurut NASA, komunitas dunia juga dapat memutuskan untuk mengirim pesawat ruang angkasa untuk mengamati asteroid seperti Apophis yang dapat membahayakan kehidupan.


Prediksi Lain Asteroid Melewati Bumi

Asteroid 6478 Gault yang meledakkan dirinya sendiri di angkasa luar. (NASA/ESA/University of Hawaii/European Southern Observatory)

Sementara itu, batu angkasa luar yang dijuluki oleh NASA sebagai "Asteroid 2019 CL2", pernah dilaporkan mengarah mendekati Bumi pada Sabtu, 16 Maret 2019 lalu.

Saat melesat melewati Bumi, JPL berpikir asteroid ini akan mencapai kecepatan sekitar 7,54 km/detik. Berdasarkan perhitungan JPL, asteroid itu berukuran antara 56 meter hingga 120 meter.

Asteroid CL2 juga disebut sebagai "Near-Earth Objek" (NEO) atau "Objek Dekat Bumi", yang berarti orbitnya sesekali memotong perjalanan Bumi sendiri saat planet ini mengelilingi matahari.

Ketika NEO terdeteksi pada jalur terdekat lintasan Bumi, benda langit ini terdeteksi oleh sistem pelacakan asteroid NASA. Namun, ini tidak berbahaya bagi keselamatan Bumi.

Bahkan pada jarak terdekatnya, asteroid CL2 akan melintas dengan jarak lebih dari 3,9 juta km dari Bumi.

"Ketika mereka mengorbit matahari, NEO kadang-kadang dapat mendekati Bumi. Perhatikan bahwa bagian 'dekat' secara astronomis bisa sangat jauh dari segi manusia: jutaan atau bahkan puluhan juta kilometer," NASA menjelaskan, sebagaimana dikutip dari Express.co.uk.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya